REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memberikan pijatan pada bayi menawarkan banyak manfaat. Hal itu seperti meningkatkan hormon pertumbuhan, hormon kesenangan (endorfin), meredakan nyeri, kestabilan untuk bayi prematur, kualitas hidup dan lainnya.
Tetapi stimulasi pijatan harus dilakukan dengan tepat agar tidak berakibat fatal. Tidak sedikit bayi yang harus dilarikan ke unit gawat darurat (UGD) akibat salah pijat.
DR Dr Fitri Hartanto, Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI mengatakan, memijat bayi juga bertujuan mempererat bonding orang tua dan anak. Stimulasi yang salah bisa berakibat pada masalah fisik dan kesehatan maupun hormon anak.
"Pijat bayi itu kalau hanya diserahkan ke dukun tidak membentuk bonding dengan ortu. Pijat harus dengan stimulasi yang tepat," kata dr Fitri dalam pertemuan zoom, beberapa waktu lalu.
Dokter Fitri yang juga menjabat sebagai Ketua IDAI Jawa Tengah mengatakan hormon pertumbuhan pada anak yang dipijat lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak dipijat. Usia terawal bayi bisa mendapatkan pijatan sebetulnya sejak baru lahir diawali dalam bentuk inisiasi menyusui dini (IMD).
Setelah itu dilanjutkan breastfeeding, di mama menyusui dilakukan secara langsung pada payudara ibu. Untuk bayi prematur harus dilakukan dengan metode kangguru.
"Itu bagian dari stimulasi pijat. Sejak bayi itu lahir sudah mendapat rangkaian stimulasi IMD, early breastfeeding, metode kangguru. Dilanjutkan metode tambahan terkait stimulasi pijat itu sendiri," lanjut dia.
Usia tertua untuk stimulasi pijat umumnya dalam rangka memanfaatkan periode emas atau 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Namun dalam kajian IDAI, sampai usia 3 tahun atau batita, juga masih bisa mendapatkan nilai keamanan cukup baik.
Di atas usia itu, ada kasus-kasus pelecehan terhadap anak yang dilakukan stimulasi pijat oleh tenaga pemijat yang lain. Untuk itu, perlu melindungi, mengoptimalkan kehidupan anak dibatasi pada usia batita.
Disarankan stimulasi pijat dalam dua kali sehari, apalagi bagi anak-anak yang berisiko perlu semakin sering kontak dengan orang tua. Sehingga anak merasakan hubungan atau bonding lebih erat dan anak merasa sangat diperhatikan oleh orang tuanya. Jika tidak memungkinkan sehari sekali, maka bisa minimal tiga kali dalam seminggu agar ortu bisa lebih dekat saat melakukan stimulasi ini. Jadi ada faktor rutinitas yang konsisten.
Stimulai pijat dibagi dua, yaitu untuk prematur dan usia tujuh bulan. Untuk prematur harus didampingi spesialis anak karena tekniknya sangat berisiko. Artinya saat mau melakukan anak itu harus dipastikan stabil atau tidak. Biasanya dilaukan pada bayi rawat inap di ICU.
Untuk bayi tujuh bulan relatif lebih aman. Nyaman atau tidaknya anak bisa bergantung kontal mata dengan orang tua. Selain itu perhatikan kesiapan anak maupun orang, jangan misalnya anak sesang tidur dipaksa untuk dipijat. Sebaliknya, jika orang tua sedang sibuk, tidak perlu memaksakan diri sehingga bukan aura bahagia yang terpancar.
Ayah dan Bunda sudah mulai bisa memegang wajah atau muka dari anak dan melakukan gerakan stimulasi dengan lima tahapan. Pertama, dari wajah secara kesekuruham, dahi, bawah mata, di atas dan di bawah mulut atau gerakan mulut, diakhiri dengan gerakan senyum sambil memberikan rasa bahagia kepada anak.
"Itu bagian gerakan wajah jadi apakah pijat wajah sangat menguntungkan? ya untuk memulai stimulasi pijat bagian yang lain," kata dia.