REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al Banteni dalam buku Nashaihul Ibad mengutip perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyalahu anhu. Diriwayatkan, suatu waktu di masa lalu ada yang bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, apa yang lebih keras dari batu? Apa yang lebih panas dari api? Kemudian Sayyidina Ali bin Abi Thalib menjawab.
مَا انْقَلُ مِنَ السَّمَاءِ ؟ وَمَا أَوْسَعُ مِنَ الْأَرْضِ وَمَا أَغْنَى مِنَ الْبَحْرِ وَمَا أَشَدُ مِنَ الْحَجَرِ وَمَا أَحَرٌ مِنَ النَّارِ وَمَا أَبْرَدُ مِنَ الزَّمْهَرِيرِ وَمَا أَمَرُّ مِنَ السَّمِّ ؟
Dalam suatu riwayat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah ditanya sebagai berikut, "Apakah yang lebih berat dibanding langit? Apa yang lebih luas daripada bumi? Apa yang lebih kaya jika dibanding dengan laut? Apa yang lebih keras daripada batu? Apa yang lebih panas dibanding api? Apa yang lebih dingin dibanding air Zamharir? Apa yang lebih pahit dibanding racun?"
Untuk diketahui, Zamharir adalah air yang sangat dingin dan bau busuk yang tidak mungkin bisa untuk diminum di neraka.
Kemudian, Sayyidina Ali bin Abi Thalib menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut, "Berbohong kepada makhluk lebih berat daripada langit. Yang hak (kebenaran) lebih luas daripada bumi."
"Hati yang qana'ah lebih kaya daripada laut." Qanaah adalah perasaan puas terhadap pemberian Allah SWT.
"Hati orang munafik lebih keras daripada batu. Penguasa yang zalim lebih panas daripada api."
"Hajat (kebutuhan) orang jahat itu lebih dingin daripada Zamharir. Sabar lebih pahit dibanding racun." derajat bagi orang yang bejat akhlaknya. Tidak ada penangkal bagi keputusan Allah SWT." (Syekh Nawawi Al Banteni, Nashaihul Ibad)
Dalam kitabnya Nashaihul Ibad, Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al Banteni menulis juga seperti ini.
Abu Bahr Al Ahnaf bin Qais Radhiyalahu anhu berkata, "Tidak ada kesengajaan jiwa bagi orang yang hasud. Tidak ada harga diri bagi pendusta. Tidak ada tipu muslihat bagi orang yang kikir. Tidak ada kesetiaan bagi para raja. Tidak ada kemuliaan derajat bagi orang yang bejat akhlaknya. Tidak ada penangkal bagi keputusan Allah SWT." (Syekh Nawawi Al Banteni, Nashaihul Ibad)
Dalam masalah hasud (dengki/ iri hati), Abdul Mu'thi As-Samlaw pernah menukilkan dari gurunya. Ia mengatakan, "Orang yang hasud (iri hati) itu akan ditimpa lima perkara. Yaitu ia akan selalu dicela orang, perasaannya selalu gelisah (tidak tenang), pintu taufiq (hidayah) tertutup baginya, bencana abadi yang tidak ada membawa pahala, dan akan mendapatkan murka (azab) dari Allah."
Al Mawardi juga mengatakan, "Hakikat hasud itu adalah rasa sangat pedih terhadap kebaikan yang dimiliki orang lain yang melebihi dirinya. Sedangkan munafasah adalah berusaha untuk memperoleh keberuntungan sesuai dengan perkara yang ada pada orang lain tanpa memudharatkan orang tersebut."
Berkaitan dengan hal ini, Nabi Muhammad SAW juga telah bersabda sebagai berikut.
الْمُؤْمِنُ يَغْبِطُ وَالْمُنَافِقُ يَحْسُدُ.
"Orang Mukmin itu bersikap Ghibthah (persaingan), sedangkan orang munafik selalu berbuat hasud."