Ahad 10 Mar 2024 16:04 WIB

Obat Serplulimab Tingkatkan Harapan Hidup Pejuang Kanker Paru-Paru

Serplulimab produk imunoterapi inovatif dan dikombinasikan dengan kemoterapi.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Erik Purnama Putra
Dokter konsultan hematologi onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Dr dr Andhika Rachman SpPD-KHOM (tengah) dalam konfrensi pers peluncuran serplulimab di Jakarta, Sabtu (9/3/2024).
Foto: Antara/Fitra Ashari
Dokter konsultan hematologi onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Dr dr Andhika Rachman SpPD-KHOM (tengah) dalam konfrensi pers peluncuran serplulimab di Jakarta, Sabtu (9/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Kalbe Genexine Biologics (KGbio) dan PT Global Onkolab Farma (GOF) meluncurkan obat Serplulimab untuk memperluas akses kesehatan bagi pejuang kanker. Serplulimab diyakini dapay meningkatkan harapan hidup bagi pejuang kanker paru-paru.

 

Serplulimab merupakan produk imunoterapi inovatif dan dikombinasikan dengan kemoterapi, untuk pengobatan lini pertama kanker paru-paru sel kecil stadium ekstensif. Kalbe saat ini sebagai perusahaan farmasi dalam negeri pertama dan satu-satunya yang memasarkan produk imunoterapi inovatif ini.

 

"Jika kemoterapi saja, jika dibandingkan dengan tambahan Serplulimab survival-nya dihitung pakai statistik, dalam dua tahun itu 43,1 persen yang masih hidup stadium empat. Dibandingkan tujuh persen stadium empat juga, yang tidak pakai Serplulimab," kara konsultan hematologi onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr dr Andhika Rachman saat peluncuran Serplulimab di Jakarta, Sabtu (9/3/2024).

 

Dalam onkologi, kata Andhika, selalu melihat dari dua hal untuk menentukan apakah obat tersebut bagus atau tidak. Pertama adalah overall survival, rentang ketika pasien diberi obat sampai meninggal. Dan kedua adalah progression free survival, rentang ketika pasien mulai minum obat, sampai sel kanker muncul lagi.

 

"Berdasarkan itu, nanti dilihat cespleng nggak nih obat. Misalnya antibiotik untuk radang tenggorokan, dikasih lima hari, ternyata sembuh, oh berarti bagus obatnya," ucap Andhika.

 

Dalam membuat obat, apalagi untuk pasien kanker, produsen tentu harus menjalani uji klinis sampai tiga fase. Presiden Direktur KGbio sekaligus Direktur Kalbe, Sie Djohan menjelaskan, uji klinis fase ketiga Serplulimab saja harus dilakukan selama empat tahun lebih.

 

"Kalau ditanya total pengembangan produk baru, ini membutuhkan waktu 10 tahun. Biayanya, kalau bicara pengembangan dari nol sampai ke tahap itu (uji klinis fase ketiga) dilakukan sendiri itu besar, tapi nggak mungkin kita lakukan sendiri. Kalau di Kalbe, biasanya kami bekerja sama dengan yang produknya itu sudah selesai fase 1 atau 2," ucap Djohan.

 

Dari situ, kata dia, Kalbe akan ikut serta terlibat dalam pengembangan uji klinis fase ketiga. Kalbe juga akan melakukan transfer teknologi untuk produksinya, sehingga nantinya bisa memproduksi sendiri.

Peluncuran Serplulimab merupakan hasil kolaborasi dengan Shanghai Henlius Biotech Inc, sebagai langkah lanjutan setelah Kalbe mendapatkan izin edar di Indonesia dari BPOM RI pada Desember 2023. Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit kardiovaskular.

Setiap tahunnya, menurut data Globocan 2022, terdapat sekitar 408 ribu kasus baru kanker dengan angka mortalitas sebanyak 243 ribu. Kanker paru-paru merupakan jenis kanker ketiga terbanyak, yang 50 persen pasien yang terdiagnosis memiliki angka kematian dalam rentang waktu satu tahun dan angka harapan hidupnya hanya sebesar 17,8 persen.

Sebanyak 250 ribu pasien didiagnosis kanker paru-paru dan hingga 80 persen jarang terselamatkan. Upaya pengobatan kerap terlambat dilakukan, sehingga tingkat kesembuhannya juga tergolong rendah karena jenis keganasannya yang bersifat agresif dan sulit terdeteksi sejak dini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement