Mangkunegara menghabiskan banyak waktu dengan pasukannya, misalnya melatih mereka berkuda, menggunakan senjata tradisional dan modern. Salah satu kebiasaanya dalam memberikan pelatihan adalah memberikan pancingan bagi pasukan berkuda istana untuk bergerak dengan akurat.
Pancingan ittu dilakukan Mangkunegara dengan melempar uang dari atas panggung kepada penunggang kuda di bawahnya. Maka prajurit berkuda yang kurang koordinasi mati dan tangannya tidak akan mendapatlan bonus itu.
Dia juga mengusahakan dengan segala cara agar perlengkapan pasukannya selalu mutakhir. Mangkunegara rutin membeli kuda-kuda baru yang lebih besar untuk mengganti kuda-kuda yang sudah tua. Dia juga selalu membujuk para pejabat tinggi Belanda untuk mendapatkan senjata api yang paling mutakhir.
Namun penting juga diketahui dan dicatat bahwa Mangkunegara memiliki setidaknya tida korps (legion) prajurit yang direkrut secara ekslusif dari kelompok santrai atau komunitas kaum. Mereka disebut wong ‘Wong Prawira’. Legiun ini dikepalai dua lurah dan kaayan, ‘’Trunaduta” dan “Suragama” (anggotanya juga empat puluh orang prajurit.
******
Mangkunegara menggambarkan legiun santri ini dengan sebutan sebagai ‘santri ngiras prjurite”, santri juga mengabdi sebagai prajurit dan sebagai bala ‘kaum’. Kiprah legiun ini muncul selalu dihampir setiap catatan ibadah ‘jumungahan’, seperti dalam acara membaca Alquran dan mengucap dzikir.
Sama halnya dengan prajurit lain, legiun santri ini juga mempynyai dari korps keprajuritan keraton Mangkunegara. Mereka harus berlahir secara rutin menyiapkan diri untuk berperang.
Namun juga mereka kerapkali melakulan tugas non militer, seperti menanam padi, memperbaiki bangunan keraton, mengerjakan pembangunan irigasi, dan bahkan membuang tinja dan air kotor. Abdi keraton biasanya memberikan bantuan kepada prajurit yang mendapat tugas tersebut.
Tentara Mangkunegara jumlahnya besar dan bertambah terus personilnya. Penulis buku harian raja kala itu mencatat bahwa dalam periode kekuasaan Mangkunegara I kelompok tentara mencapai 24 korps prajurit. Setiap korps punya nama sendiri yang menunjukan kegagahan, misalnya Singa Buas atau memakai nama pahlawan yang legendaris.
Jumlah tentara di setiap korps bervariasi antara tiga puluh sampai empat puluh empat prajurit. Mereka biasanya dikepalai oleh dua ‘lurah’. Beberapa lurah adalah saudara batih Mengkunegara.