Rabu 13 Mar 2024 18:08 WIB

Putin Peringatkan Rusia Siap Hadapi Perang Nuklir

Putin peringatkan Barat bahwa negaranya siap untuk perang nuklir.

Rep: Lintar Satria/ Red: Reiny Dwinanda
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengaku negaranya secara teknis siap untuk perang nuklir.
Foto: EPA-EFE/RAMIL SITDIKOV
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengaku negaranya secara teknis siap untuk perang nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Barat bahwa Rusia secara teknis siap menghadapi perang nuklir. Ia mengatakan bila Amerika Serikat (AS) mengirimkan pasukan ke Ukraina maka Rusia akan menganggapnya sebagai eskalasi perang skala besar.

Menjelang pemilihan umum yang digelar pada 15 sampai 17 Maret mendatang. Putin mengatakan skenario perang nuklir tidak "terburu-buru" dan ia melihat tidak ada kebutuhan untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

Baca Juga

"Dari sudut pandang militer, kami, tentu, siap," kata Putin saat menjawab pertanyaan apakah Rusia siap menghadapi perang nuklir seperti dilaporkan stasiun televisi Rossiya-1 dan kantor berita RIA, Selasa (12/3/2024).

Putin mengatakan AS memahami bila mereka mengirimkan pasukan ke wilayah Rusia atau Ukraina maka Rusia akan memperlakukannya sebagai tindakan intervensi. "(Di Amerika Serikat) terdapat cukup banyak pakar dalam hubungan Rusia-Amerika dan di bidang pengendalian strategis," kata Putin.

"Karena itu, saya pikir tidak ada yang terburu-buru pada (konfrontasi nuklir), (namun) kami siap menghadapinya," ujarnya.

Perang di Ukraina memicu krisis terdalam hubungan Rusia dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Putin juga sudah beberapa kali memperingatkan Barat resiko perang nuklir bila mengirimkan pasukannya ke Ukraina.

Pada Februari 2022 lalu, Putin mengirimkan puluhan ribu tentara ke Ukraina, memicu perang skala besar setelah konflik delapan tahun di timur negara itu antara pasukan Ukraina dan proksi Rusia di Ukraina. Pemimpin-pemimpin Barat berjanji mengalahkan Rusia di Ukraina, tapi setelah delapan tahun pasukan Rusia menguasai seperlima wilayah Ukraina.

Di tahun pemilu umum AS, Barat dilanda kesulitan untuk mempertahankan dukungan pada Ukraina. Sementara Rusia mengirimkan ratusan ribu tentara dan persenjataan ke Ukraina lebih cepat dari Barat.

Kiev mengatakan mereka membela diri dari perang gaya imperialistik Rusia yang ingin menghapus identitas nasional Ukraina. Moskow mengatakan wilayah yang kini duduki pasukannya di Ukraina kini bagian dari Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement