Ahad 17 Mar 2024 09:38 WIB

Belajar Sedekah dari Perang Tabuk

Sedekah separuh butir kurma saja selamat dari api neraka, apalagi lebih dari itu.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Partner
.

Para penziarah Makam Baqi' di sekitar Masjid Nabawi, Madinah, Saudi Arabia. Tempat ini dikubur para sahabat dan sahabiah Nabi Muhammad SAW. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Para penziarah Makam Baqi' di sekitar Masjid Nabawi, Madinah, Saudi Arabia. Tempat ini dikubur para sahabat dan sahabiah Nabi Muhammad SAW. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK) -- Saat itu musim panas terik, kondisi umat sedang paceklik. Pohon kurma belum musim panen. Kerajaan Bizamtium Romawi sudah bersiap 40.000 pasukan untuk berperang. Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) memerintahkan para sahabat dan kaum muslimin untuk bersedekah membiayai para mujahid menghadapi musuh Allah Subhanahu wata’ala (SWT).

Perang Tabuk, namanya. Terjadi pada bulan Rajab Tahun 9 Hijriah (sekira September-Oktober 630 Masehi) sebulan lagi menjelang bulan Ramadhan. Tabuk adalah daerah di wilayah Syam, yang jaraknya 500 kilometer lebih dari Kota Madinah. Perang ini sangat jauh lokasinya, sehingga perlu persiapan fisik dan bekal yang matang, agar tidak kelelahan dan kalah sebelum berperang.

Dalam Buku Manhaj Haraki karya Syaikh Munir Mahammad al-Ghadban (terjemahan jilid 2/1984), jarang sekali Rasul SAW menyatakan terus terang kehendaknya untuk berangkat perang, kecuali dengan sindiran saja. Bahkan, sering kali tidak memberi tahu tujuan yang sebenarnya kecuali pada waktu hendak berangkat ke medan Perang Tabuk ini.

“Kali ini, beliau bahkan menerangkannya kepada kaum muslimin karena jauhnya jarak yang hendak ditempuh, cuaca yang tidak ramah, dan banyaknya jumlah musuh yang hendak dihadapi. Tujuannya agar kaum muslimin bersiap-siap selengkap-lengkapnya sebelum berangkat,” tulis Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban dalam bukunya halaman 439.

Rasul SAW terang-terangan memerintahkan para sahabat dan orang kaya untuk memberi nafkah dan membantu kendaraan di jalan Allah untuk mujahid dengan niat mendapatkan ridho Allah SWT. Bahkan, dalam Perang Tabuk ini, Rasul SAW bersabda, “Sesungguhnya, yang paling aku sayangkan dari keluargaku, kalau sampai ada yang tidak ikut dalam perjalananku ini, ialah kaum Muhajirin, kaum Anshar, kabilah Ghifar, dan kabilah Aslam.”

Baca juga: Puasa Dapat Mengikis Sifat Kikir Manusia

Sampai ada kaum fakir dari kaum Anshar menghadap Rasul SAW menyatakan, mereka tidak memiliki harta untuk bersedekah pada Perang Tabuk. “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk mengangkut kalian.” Lalu mereka kembali, sedang air mata mereka bercucuran karena merasa sedih tidak memeroleh apa yang akan mereka nafkahkan (sedekahkan),” (QS. At-Taubah: 92).


Perang Tabuk ini perang istimewa sampai Rasul SAW mengumumkan terbuka kepada para sahabat dan kaum muslimin pada umumnya. Bukankah pada musim paceklik dan panas terik, banyak masyarakat lebih berdiam di kebun-kebun kurma dan buah-buahan berteduh tidak keluar, menunggu musim buah.

Tidak ada kata malas atau alasan apapun dalam hal ini kalau sudah diumumkan. Rasul SAW memerintahkan dan mengajak bersiap perang. Pada perang ini, telah siap 30.000 orang pasukan berjalan bersama Rasul SAW dengan 10.000 kuda, dan 12.000 unta. Jumlah ini kisaran tiga kali lipat balatentata yang dikerahkan pada peristiwa Fathu Makkah.

Kalau sudah perintah Rasul SAW, para sahabat sami’na wa atho’na (aku dengar aku taat). Dalam buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyur-Rahman al-Mubarakfury (Robbani Press, Cetakan I/1998), Sahabat Utsman bin Affan Rodhiyallahu’anhu (RA) berinfak 200 onta, kemudian ditambah lagi 100 onta beserta pelananya dan barang seberat 200 uqiyah (satuan berat zaman Romawi), serta 1.000 dinar diletakkan di pangkuan Rasul SAW.

Tidak sampai di situ saja, pengumpulan donasi masih berlanjut. Utsman masih bersedekah 900 onta, 100 kuda, dan sejumlah uang. Utsman ini memang orang kaya di zamannya. Satu unta sekarang setara minimal harganya Rp 30 juta bergantung kondisinya. Bisa dibayangkan sedekah Utsman saat itu.

Dalam hal kebaikan, para sahabat selalu berlomba-lomba atau fastabiqul khoirot. Sahabat Umar bin Khotob RA tak mau ketinggalan. Beliau menginfakkan separuh harta miliknya. Artinya, harta yang dimiliki keluarga Umar ini harus dikeluarkan di jalan Allah SWT. Tentu, tidak melihat jumlah harta besar dan kecilnya, artinya kehidupan dunia keluarga Umar saat itu sudah hilang separuh. Tidak banyak yang melakukan hal seperti ini.

"Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?" kata Rasul SAW bertanya ke Umar.

“Sebanyak ini pula (separuh harta),” kata Umar menjawab Rasul SAW.

Umar menyangka apa yang disedekahkannya sudah melebihi yang lain terutama Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Tatkala menghadap Rasul SAW, Abdullah bin Abu Quhafah nama asli Abu Bakar Ash-Shiddiq, menyerahkan infak seluruh harta yang dimilikinya setara 4.000 dirham. Abu Bakar orang pertama yang menyerahkan sedekahnya.

Baca juga: Ramadhan Bulan Alquran, Ini Nasehat Syekh Muhammad Jaber

Pertanyaan yang sama dari Rasul SAW kepada Abu Bakar. “Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”

“Aku sisakan untuk mereka Allah SWT dan Rasul-Nya,” kata Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.

Jawaban yang cerdas dari seorang Abu Bakar, sahabat dekat Rasul SAW saat hijrah dari Makkah ke Madinah dan sempat bertahan dalam Gua Tsur dalam kejaran Kaum Quraisy. Ia pun telah dijamin masuk surga ini.

Mendengar jumlah sedekah dan jawaban Abu Bakar itu, Umar terkesima. Ia mengakui kalah terhadap sahabat seniornya dalam hal ibadah dan harta. “Saya tidak akan pernah mengalahkan Abu Bakar,”(HR. Tirmidzi).


Selanjutnya, donasi datang dari sahabat Abdurrahman bin Auf dengan sedekah 200 uqiyah perak setara 8.000 dirham. Para sahabat lain menyusul menyerahkan hartanya cukup banyak seperti Al-Abbas, Thalhah, Sa’ad bin Ubadah, dan Muhammad bin Maslamah. Sedangkan Ashim bin Adi menyerahkan 90 wasaq (1 wasaq 60 sha, 1 sha 4 mud, 1 mud setara dua telapak tangan penuh) jadi setara 21.600 mud.

Pada saat pengumpulan donasi sedekah ini, semua umat muslim bersedekah kecuali kaum munafik. Sedekah umat muslim kala itu ada yang satu atau dua mud, ada kaum perempuan yang menyerahkan perhiasan seperti gelang, kalung, cincin, dan anting.

“(Orang-orang munafiklah) yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela, dan mereka pun menghina orang-orang yang tidak memperoleh (apa yang disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya,” (QS. At-Taubah: 79).

Baca juga: Sebab Puasa Ramadhan Masuk Surga Lebih Dulu dari Mujahid

Dari kisah Perang Tabuk ini, kita banyak belajar ghiroh (kesungguhan) para sahabat dan kaum muslimin kala itu dalam bersedekah meskipun dalam kondisi paceklik dan belum musim panen. Orang yang bersedekah jelas akan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir (terdapat) seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniah-Nya) lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-Baqarah: 261).

Tidak sia-sia sedekah. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, perumpamaan harta kekayaan yang diberikan kepada Allah SWT tujuannya hanya mencari keridhaan-Nya. Hal ini karena satu kebaikan akan dilipatgandakan mulai dari 10 sampai 700 kali lipat atau bahkan lebih dari itu sesuai dengan kehendak Allah, kecuali puasa.

Berkaitan dengan puasa, Nabi SAW bersabda dari Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, “Kecuali puasa, karena ia untuk-Ku, dan Aku akan memberikan pahal atasnya.”

“Jauhilah neraka walaupun dengan bersedekah sebelah butir kurma, maka siapa saja yang tidak mendapatkannya, maka hendaklah (bersedekah) dengan kata-kata yang baik,” (HR Bukhari dan Muslim).

Sedekah atau infak sesuai dengan kemampuan apalagi pada bulan Ramadhan yang dilakukan orang berpuasa. Bahkan sedekah dengan separuh butir kurma dan ucapan yang baik saja, sudah cukup untuk terbebas dari masuk neraka. Allahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)

sumber : https://sumatralink.id/posts/295760/belajar-sedekah-dari-perang-tabuk
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement