REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sedikitnya terdapat 3.000 lebih bahan kimia dalam plastik, mulai dari kemasan makanan, mainan, hingga peralatan medis, daripada dengan perkiraan sebelumnya oleh badan lingkungan hidup. Hal ini diungkap oleh sebuah laporan terbaru, yang menimbulkan pertanyaan mengenai polusi dan keamanan konsumen.
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) sebelumnya telah mengidentifikasi sekitar 13.000 baru bahan kimia plastik. Namun laporan terbaru dari tim ilmuwan Eropa menemukan lebih dari 16.000 bahan kimia dalam plastik - seperempat di antaranya dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Laporan yang didanai Dewan Riset Norwegia ini muncul ketika para negosiator pemerintah sedang berusaha menyusun perjanjian pertama di dunia dalam mengatasi polusi plastik yang semakin meningkat, karena sekitar 400 juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahun.
"Untuk mengatasi polusi plastik dengan baik, Anda harus melihat siklus hidup plastik secara keseluruhan dan Anda harus mengatasi masalah bahan kimianya," kata salah satu penulis laporan tersebut, Jane Muncke, seperti dilansir Reuters, Senin (18/3/2024).
Hal ini dikarenakan bahan kimia plastik dapat larut ke dalam air dan makanan. Saat ini tim peneliti menemukan ratusan, bahkan ribuan, bahan kimia plastik pada manusia dan beberapa di antaranya telah dikaitkan dengan dampak buruk bagi kesehatan. Dampak tersebut termasuk masalah kesuburan dan penyakit kardiovaskular.
"Ketika kita melihat produk yang kita gunakan sehari-hari, kita akan menemukan ratusan bahkan ribuan bahan kimia dalam satu produk plastik,” kata penulis utama studi, Martin Wagner, yang juga ahli toksikologi lingkungan di Norwegian University of Science and Technology.
Meskipun industri plastik mengatakan bahwa setiap perjanjian global harus mempromosikan daur ulang dan penggunaan kembali plastik, kata Wagner, mengatasi sampah plastik tidak cukup untuk melindungi masyarakat.
Para ilmuwan menandai perlunya transparansi yang lebih besar tentang bahan kimia apa, termasuk bahan tambahan, alat bantu pemrosesan, dan kotoran yang terkandung dalam plastik, termasuk produk daur ulang.
Menurut laporan itu, seperempat dari bahan kimia yang teridentifikasi tidak memiliki informasi dasar tentang identitas kimia dasarnya.
"Inti masalahnya adalah kompleksitas kimiawi plastik. Seringkali produsen tidak benar-benar mengetahui jenis bahan kimia apa yang ada di dalam produk mereka dan itu berasal dari rantai nilai yang sangat kompleks,” kata Wagner, yang juga menjabat sebagai dewan Koalisi Ilmuwan untuk Effective Plastics Treaty.
Wagner mengatakan bahwa hanya 6 persen bahan kimia yang ditemukan dalam plastik yang diatur secara internasional. Tanpa tekanan regulasi, tidak ada motivasi untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam plastik.
Perjanjian plastik dapat membantu mengatasinya. Negosiasi akan berlanjut bulan depan di Ottawa, Kanada, dengan tujuan menyelesaikan perjanjian pada bulan Desember di kota Busan, Korea Selatan.