Senin 11 Mar 2024 20:54 WIB

Studi: Mikroplastik dalam Darah Terkait dengan Stroke Hingga Kematian Dini

Mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan udara.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang dikonsumsi, air yang diminum, dan udara yang dihirup.
Foto: wikimedia
Mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang dikonsumsi, air yang diminum, dan udara yang dihirup.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak lama para ilmuwan telah mengetahui bahwa mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang dikonsumsi, air yang diminum, dan udara yang dihirup. Namun hanya sedikit yang diketahui tentang dampaknya terhadap kesehatan, dan sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal New England Journal of Medicine berhasil menemukan fakta baru.

Studi ini menemukan bahwa pasien dengan plak lemak mikro atau nanoplastik di pembuluh darah mereka jauh lebih mungkin menderita stroke, kematian dini atau serangan jantung, dibandingkan mereka yang pembuluh darahnya tidak terkontaminasi plastik.  

Baca Juga

Para peneliti mengidentifikasi plastik dalam pembuluh darah hampir separuhnya dari 304 pasien yang terdaftar dalam penelitian di Italia. Temuan ini tidak membuktikan bahwa partikel plastik menyebabkan serangan jantung dan stroke, karena pasien bisa saja terpapar faktor risiko lain.

Namun, temuan ini sejalan dengan penelitian lain yang menemukan bahwa mikroplastik merusak sel manusia, yang dirilis oleh Hull York Medical School dan University of Hull pada tahun 2021.

“Penelitian laboratorium kami menunjukkan bahwa dalam beberapa jam, nano plastik dapat menyebar dari saluran pencernaan, melalui sistem peredaran darah, ke seluruh tubuh organisme laut. Jadi mungkin tidak mengherankan jika ada penelitian terbaru yang menunjukkan adanya mikro atau nano plastik dalam darah dan jaringan manusia,” kata Prof Richard Thompson dari Unit Penelitian Sampah Laut Internasional University of Plymouth.

Danya Bakhbakhi, dosen klinis kebidanan dan kandungan di Bristol University, mengatakan bahwa studi ini merupakan kemajuan penting, dan dapat membantu membuktikan potensi bahaya yang terkait. Namun menurut dia, ada faktor lain yang mungkin menjadi penyebab masalah kesehatan, seperti data sosio-ekonomi, yang telah dikaitkan dengan penyakit arteri koroner.

"Penelitian lebih lanjut yang lebih besar, di lokasi geografis yang berbeda perlu dilakukan untuk melihat apakah temuan ini dapat direplikasi," kata dia seperti dilansir Sky News, Senin (11/3/2024).

Untuk diketahui, saat ini dunia memproduksi lebih banyak plastik, dan hanya 9 persen yang berhasil didaur ulang. Menurut daya OECD, sebagian besar berakhir di TPA, dibakar, atau bocor ke lingkungan. Plastik tidak dapat terurai setidaknya selama ratusan tahun.

Pada tahun 2022, 175 negara sepakat untuk membuat perjanjian internasional yang mengikat secara hukum untuk mengakhiri polusi plastik. Perjanjian ini seharusnya selesai pada tahun 2024, tetapi negosiasi masih berlangsung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement