REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo menyampaikan pemberian air susu ibu (ASI) harus sukses pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) atau usia 0-24 bulan, agar otak bayi dapat tumbuh dengan sempurna.
"Imbauan saya di 1.000 hari pertama kehidupan itu ASI harus sukses, karena Tuhan membentuk otak 80 persen di 1.000 HPK, setelah itu ubun-ubun manusia ditutup," katanya dalam webinar praktik baik desa/kelurahan bebas stunting di 1.000 HPK diikuti di Jakarta, Selasa (19/3/2024).
Ia menjelaskan Tuhan juga sudah memberikan panduan agar ibu terus konsisten menyusui bayi hingga usia 24 bulan apabila ingin menyempurnakan pertumbuhan otaknya. "Di 1.000 HPK itu template pembentukan manusia. Orang kalau pembentukan organnya (organogenesis) mau catat atau tidak ditentukan di masa itu, penglihatannya akan bagus atau tidak, pendengaran, logika, emosi, kemandirian, interaksi motorik, semua banyak ditentukan di 1.000 HPK," ujar dia.
Ia menegaskan makna dari 1.000 HPK besar karena menjadi tonggak bagi Indonesia untuk bisa menciptakan generasi unggul pada -masa yang akan datang. Untuk itu, kata dia, gerakan menyusui mesti digelorakan secara aktif di daerah.
"Menyusui menjadi satu hal yang penting, melalui program-program di desa, kita selalu mengajak ibu-ibu ke posyandu dan bina keluarga balita (BKB), bahkan sudah ada juga gerakan BKB holistik integratif, kita sosialisasikan menyusui adalah bagian yang penting, digelorakan untuk praktik-praktik 1.000 HPK," katanya.
Ia menjelaskan hormon oksitosin (hormon yang membantu mengeluarkan ASI) dan prolaktin (merangsang produksi ASI) akan otomatis keluar apabila ibu aktif menyusui. "Tuhan Yang Maha Esa sudah menentukan, barangsiapa perempuan yang mau memberikan ASI-nya secara rutin kepada bayi, maka Tuhan membuat otaknya memproduksi hormon oksitosin dan prolaktin, yang membuat ASI keluar secara otomatis," katanya.
Ia menegaskan tentang imbauan menyusui secara aktif pada 1.000 HPK bukan sebatas program pemerintah, melainkan harus diterapkan secara aktif di masyarakat, utamanya ibu menyusui. "Imbauan 1.000 HPK bukan hanya program BKKBN atau Kemenkes, tetapi harus menjadi program yang secara aktif digelorakan dan melibatkan masyarakat, lewat tim pendamping keluarga, PKK, dan semua yang ada di daerah," ucapnya.