Jumat 22 Mar 2024 21:53 WIB

Terdampak Gempa, Ratusan Pasien RS Unair Dievakuasi ke Tenda Darurat

Petugas BPBD telah membangun tenda darurat di halaman RS Unair.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana tenda darurat yang dibangun di halaman RS Unair Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024). Pihak rumah sakit mengevakuasi sejumlah pasien ke luar gedung setelah terjadinya gempa bumi susulan yang berpusat 130 kilometer timur laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur dan berdampak di Surabaya.
Foto: Dok Republika
Suasana tenda darurat yang dibangun di halaman RS Unair Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024). Pihak rumah sakit mengevakuasi sejumlah pasien ke luar gedung setelah terjadinya gempa bumi susulan yang berpusat 130 kilometer timur laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur dan berdampak di Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) menjadi salah satu bangunan yang terdampak gempa susulan dengan magnitudo 6,5 pada Jumat (22/3/2024) sore. Gempa tersebut berpusat di perairan Tuban, tepatnya di 132 kilometer timur laut Kabupaten Tuban, dengan kedalaman sekitar 10 kilometer.

Kerusakan yang terjadi di RS Unair mengakibatkan ratusan pasien harus dievakuasi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya pun telah mendirikan tenda darurat untuk tempat perawatan sementara pasien RS Unair.

 

"Petugas BPBD telah membangun tenda darurat di halaman RS Unair. Tenda tersebut langsung diisi oleh pasien yang telah dievakuasi pascagempa susulan terjadi," kata Kepala BPBD Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro. 

 

BPBD Kota Surabaya pun menyiagakan personel di sekitar tenda darurat tersebut untuk mengantisipasi jika kembali terjadi gempa susulan. Ada ratusan pasien RS Unair yang terpaksa dievakuasi ke tenda darurat setelah terjadinya gempa susulan dengan magnitudo 6,5.

 

Saidah (23) salah satu keluarga pasien di RS Unair mengatakan, saat kejadian ia masih menemani keponakannya yang dirawat di lantai 4. Karena gempa susulan yang terjadi terbilang besar dan lama, ia bersama keluarga pasien lainnya langsung berhamburan ke luar gedung. 

 

“Yang ketiga kerasa banget, dan agak lama guncangannya. Kami terus keluar semua," kata dia.

 

Saidah menjelaskan, ketika goncangan terjadi, ia beserta keluarga dan pasien yang lain panik dan turun gedung melalui tangga darurat.ia pun mengaku masih khawatir jika sewaktu-waktu kembali terjadi gempa susulan. "Tapi ya pasrah mau gimana lagi, maksa pulang juga enggak mungkin," ucapnya.

 

Keluarga pasien lainnya, Abdullah (30) juga merasakan ketakutan yang sama ketika gempa susulan terjadi. Ia mengatakan, saat kejadian ia sedang berada di ruang rawat inap lantai 5, menemani anaknya. Begitu gempa terjadi, ia dan istrinya langsung menggendong anaknya turun gedung melalui jalur darurat.

 

"Saat kejadian awalnya goncangan, saya lari dengan istri saya, menggendong anak," kata Abdullah.

 

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Jawa Timur, Gatot Soebroto mengungkapkan, hingga saat ini telah terjadi 60 kali gempa susulan yang berpusat di 132 kilometer timur laut Kabupaten Tuban. Dari puluhan kali gempa yang terjadi, ada dua yang menonjol. Yakni terjadi pada pukul 11.22 dengan magnitudo 6.0 dan pada pukul 15.52 WIB dengan magnitudo 6.5.

 

"Gempa susulan atau aftershock, hingga saat ini telah terjadi gempa susulan sebanyak 60 kali," ujarnya. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement