Sabtu 23 Mar 2024 07:08 WIB
Hikmah Ramadhan

Meriahnya 'War Takjil' di Media Sosial: Membangun Toleransi Antarumat Beragama

Platform digital menjadi wadah yang kuat mempromosikan toleransi dan kebersamaan.

Sinta Maharani
Foto: dokpri
Sinta Maharani

Oleh : Sinta Maharani, M.I.Kom (Kepala Biro Humas dan Protokol UNISA Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Bulan Ramadhan selalu menjadi momen yang penuh berkah dan kebersamaan bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain dari ibadah puasa dan meningkatnya aktivitas keagamaan, ada satu tradisi yang semakin meriah dan mencuri perhatian: "War Takjil".

Fenomena ini tidak hanya menciptakan kegembiraan di kalangan umat Islam, tetapi juga mengundang partisipasi luas dari masyarakat umum, terutama melalui media sosial. Dalam pandangan komunikasi media sosial, "War Takjil" menjadi sebuah platform yang memainkan peran penting dalam mempromosikan toleransi antar umat beragama.

Pertama, maraknya "War Takjil" di media sosial mencerminkan bagaimana platform digital telah menjadi wadah yang kuat untuk mempromosikan toleransi dan kebersamaan. Melalui berbagai unggahan, foto, dan cerita yang dibagikan, pesan tentang keragaman dan persatuan menyebar dengan cepat dan luas. 

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat [49:13], "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Dalam konteks ini tradisi "War Takjil" menandai adanya perubahan dinamika sosial dalam menyambut bulan Ramadhan. Tidak lagi hanya merupakan perayaan internal umat Islam, tetapi menjadi momen yang menyatukan semua orang tanpa memandang latar belakang agama atau budaya. Melalui media sosial, gambar-gambar menarik dan cerita-cerita inspiratif tentang pengalaman dalam "War Takjil" diunggah dan dibagikan secara luas, menarik minat banyak orang dari berbagai komunitas.

Kedua, "War Takjil" juga menunjukkan bagaimana kebaikan dan kebersamaan tidak mengenal batas agama atau kepercayaan. Dalam Surah Al-Maidah [5:2], Allah SWT berfirman, "…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (hukum). Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya."

Dalam konteks ini, berbagi takjil dengan orang lain, terlepas dari agama atau kepercayaan mereka, adalah tindakan yang didasarkan pada kebaikan dan takwa kepada Allah SWT. Melalui "War Takjil", kita tidak hanya memperkuat hubungan sosial, tetapi juga mewujudkan nilai-nilai kebajikan yang diajarkan dalam ajaran agama.

Komunikasi media sosial memberikan ruang bagi individu untuk menyampaikan pesan toleransi dan kebersamaan secara luas dan instan. Melalui penggunaan tagar (hashtag) seperti #WarTakjil atau #Ramadan, pesan-pesan positif tentang kebersamaan, saling menghormati, dan berbagi kebaikan dapat dengan mudah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat. Ini tidak hanya mengundang partisipasi aktif dari umat Islam, tetapi juga membangun kesadaran dan empati di antara mereka yang mungkin tidak familiar dengan tradisi Ramadhan.

Namun, kekuatan media sosial juga membawa tanggung jawab. Penting untuk memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui platform ini selalu mengedepankan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Dalam suasana yang semakin terhubung secara digital, kata-kata dan tindakan dapat memiliki dampak yang sangat besar, baik dalam memperkuat harmoni antar umat beragama maupun dalam memicu konflik.

Selain itu, "War Takjil" di media sosial juga menciptakan kesempatan untuk membuka dialog yang lebih luas tentang pentingnya toleransi dan keragaman dalam masyarakat. Diskusi-diskusi tentang perbedaan agama dan budaya dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik dan mengurangi ketegangan yang mungkin ada setelah sebelumnya kita dihadapkan dengan war politik yang panas.

Dengan demikian, "War Takjil" tidak hanya sekadar tradisi kuliner di bulan Ramadhan yang menyenangkan, tetapi juga sebuah peristiwa sosial yang mempromosikan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan. Melalui media sosial, pesan-pesan ini dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan membantu membangun masyarakat yang lebih inklusif dan damai.

Dalam periode yang penuh dengan tantangan dan konflik, "War Takjil" adalah contoh nyata bagaimana komunikasi melalui media sosial dapat menjadi kekuatan positif dalam membangun jembatan antar umat beragama. Dengan saling menghormati dan menjaga toleransi, "War Takjil" dapat menjadi tradisi positif yang mempererat kebersamaan dan keragaman di Indonesia.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement