Senin 25 Mar 2024 23:55 WIB

Buntut Serangan Moskow, Prancis Tingkatkan Siaga Teror ke Level Tertinggi

Prancis konfirmasi ISIS di balik serangan Moskow Rusia

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Shamsidin Fariduni, tersangka penembakan Balai Kota Crocus pada Jumat dikawal petugas FSB di Pengadilan Negeri Basmanny di Moskow, Rusia, Senin (25/3/2023) dini hari WIB.
Foto: AP
Shamsidin Fariduni, tersangka penembakan Balai Kota Crocus pada Jumat dikawal petugas FSB di Pengadilan Negeri Basmanny di Moskow, Rusia, Senin (25/3/2023) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal mengatakan negaranya menaikkan siaga teror ke tingkat tertinggi setelah serangan teror di Moskow. Hal ini ia sampaikan usai rapat pejabat pertahanan dan keamanan pemerintah Prancis dengan Presiden Emmanuel Macron.

Di media sosial X, Ahad (24/3/2024) Attal mengatakan keputusan ini diambil "mengingat ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan (Moskow) dan ancaman ini membebani negara kita." 

Baca Juga

Karena kelompok teroris Daesh/ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu “dan ancaman yang mengkhawatirkan negara kami, kami memutuskan untuk meningkatkan level Vigipirate ke tingkat tertinggi: serangan darurat,” katanya. Vigipirate adalah nama sistem peringatan keamanan nasional Prancis.

Pengumuman ini juga disampaikan beberapa bulan sebelum Paris menjadi tuan rumah Olimpiade.

Sistem peringatan teror Prancis memiliki tiga tingkat, dan tingkat tertinggi diaktifkan setelah adanya serangan di Prancis atau di luar negeri atau ketika ancaman dianggap akan segera terjadi. Sistem ini memungkinkan langkah-langkah keamanan luar biasa.

Seperti peningkatan patroli pasukan bersenjata di ruang-ruang publik seperti stasiun kereta, bandara dan rumah ibadah. Sebelumnya Gedung Putih mengatakan pada awal ini pemerintah Amerika Serikat (AS) sudah berbagi informasi tentang rencana serangan di Moskow dengan Rusia.

Pada 7 Maret lalu Washington juga mengeluarkan peringatan kepada warga Amerika di Rusia. Amerika Serikat mengatakan ISIS bertanggung jawab penuh atas serangan di gedung konser di Moskow.

“Tidak ada keterlibatan Ukraina sama sekali,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Adrienne Watson.

Para pejabat Rusia mengecam pernyataan pemerintah AS mengenai serangan itu yang disampaikan tak lama setelah berita mengenai serangan tersebar. Pejabat Rusia mengatakan para penyelidik Rusia harus diizinkan untuk membuat temuan mereka sendiri. 

Korban jiwa akibat peristiwa yang terjadi pada Jumat lalu itu bertambah menjadi 137, menurut otoritas penyelidikan federal Rusia.

Komite Investigasi Rusia menyatakan bahwa 137 jasad ditemukan di lokasi kejadian, tiga di antaranya adalah anak-anak.

“Penyelidikan di tempat kejadian terus berlanjut. Hingga saat ini, 62 jasad telah teridentifikasi. Untuk korban lainnya, tes genetika sedang dilakukan untuk mengetahui identitas mereka,” tulis pernyataan tersebut.

Disebutkan pula bahwa lebih dari 500 butir peluru, 28 magasin, dan dua senjata serang Kalashnikov ditemukan di lokasi kejadian.

Kementerian Kesehatan Rusia mengatakan 180 orang mendapatkan perawatan di rumah sakit, 142 di antaranya harus dirawat inap.

Baca juga: Dulu Berpikir Islam Sarang Teroris Juga Biang Poligami, Armina Kini Bersyahadat dan Mualaf

Sejumlah pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah penonton konser di Crocus City Hall di Krasnogorsk pada Jumat malam ketika kelompok musik rock Picnic hendak tampil. Insiden itu diikuti oleh kebakaran di gedung tersebut.

Presiden Vladimir Putin menjadikan 24 Maret sebagai hari berkabung nasional dengan pengibaran bendera setengah tiang.

Pihak berwenang Rusia telah menangkap 11 orang terkait serangan itu, termasuk empat orang yang terlibat langsung, menurut Badan Keamanan Federal.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement