REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mempertanyakan kurangnya reaksi dari pimpinan Dewan Eropa terhadap serangan teroris di Balai Kota Crocus dekat Moskow pada Jumat, 22 Maret 2024. Untuk itu, Zakharova juga mempertanyakan perihal ketidakberpihakan mekanisme hukum dan pakar lembaga itu.
“Rusia mencatat kurangnya reaksi dari pimpinan Dewan Eropa terhadap serangan teroris 22 Maret di Balai Kota Crocus dekat Moskow yang menewaskan 143 orang,” kata Zakharova kepada Sputnik, Jumat, (29/3/2024).
Zakharova menuturkan kurangnya reaksi mendasar terhadap serangan biadab terhadap warga sipil itu menimbulkan pertanyaan yang masuk akal mengenai kemampuan kepemimpinan Dewan Eropa untuk berkontribusi dalam menjamin stabilitas internasional, melawan terorisme, ekstremisme dan tantangan lain di zaman ini.
Ia juga mempertanyakan kemampuan kepemimpinan Dewan Eropa dalam melindungi hak asasi manusia. Termasuk mekanisme hukum dan ahli khusus Dewan Eropa di saat tragedi di tempat konser Balai Kota Crocus mengejutkan seluruh dunia.
“Para pemimpin negara dan organisasi internasional, perwakilan korps diplomatik, warga banyak negara mengutuk keras tindakan teroris yang mengerikan ini, menyatakan belasungkawa dan dukungan kepada rakyat Rusia. Di tengah solidaritas yang ditunjukkan komunitas internasional, kami mencatat ketidakpedulian sinis para pemimpin Dewan Eropa,” ucap Zakharova.
Adapun Rusia resmi menarik diri dari Dewan Eropa sejak 15 Maret 2022. Moskow menyatakan akan melaksanakan keputusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa jika tidak bertentangan dengan Konstitusi Rusia. Penembakan terjadi di tempat konser Balai Kota Crocus, Kota Krasnogorsk, di luar Moskow, diikuti dengan kebakaran besar.
Seorang koresponden Sputnik yang menyaksikan serangan itu melaporkan, sejumlah pria bersenjata berkamuflase masuk ke ruang musik dengan menembak orang-orang dari jarak dekat, dan melemparkan bom pembakar.
Komite Investigasi Rusia menyebutkan sedikitnya 143 orang tewas dan 360 lainnya luka-luka akibat serangan tersebut. Empat tersangka utama dalam kasus itu semuanya warga negara Tajikistan yang telah ditahan dan didakwa melakukan terorisme.