Rabu 27 Mar 2024 04:53 WIB

Donald Trump Desak Israel Sudahi Agresi di Gaza

Trump mengingatkan, Israel sudah kehilangan banyak sekutu.

Donald Trump memegang sepatu kets emas Trump di Sneaker Con Philadelphia, Sabtu, (17/2/2024).
Foto: AP Photo/Manuel Balce Ceneta
Donald Trump memegang sepatu kets emas Trump di Sneaker Con Philadelphia, Sabtu, (17/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Donald Trump, mantan presiden AS dan kandidat Partai Republik dalam pemilu AS bulan November mendatang, telah memperingatkan Israel bahwa mereka kehilangan dukungan internasional. Trump pun menyerukan agar Israel harus segera “menyelesaikan” perangnya di Gaza.

Trump mengatakan, meskipun dia akan bereaksi dengan cara yang sama seperti Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang dan lebih dari 200 orang disandera, ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri konflik tersebut.

Baca Juga

Lebih dari 32 ribu warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak Israel mulai membombardir wilayah tersebut hampir enam bulan lalu. “Anda harus menyelesaikan perang Anda,” kata Trump kepada Israel Hayom dalam sebuah wawancara yang menurut surat kabar sayap kanan itu direkam pada akhir pekan. 

Komentar Trump ini, dipublikasikan setelah Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk segera melakukan gencatan senjata. Keputusan tersebut disahkan setelah Washington memilih abstain dan tidak menggunakan hak vetonya.

Tak menggubris resolusi DK PBB ini, Israel menyatakan akan tetap melanjutkan serangannya sampai Hamas hancur dan tawanan lainnya dibebaskan, dan ingin menyerang kota Rafah di Gaza selatan, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi. Rencana tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di AS.

“Israel harus sangat berhati-hati, karena Anda kehilangan banyak wilayah di dunia, Anda kehilangan banyak dukungan,” kata Trump saat wawancara. Trump sendiri, selama ini sering menyebut dirinya sebagai pendukung Israel, merujuk pada keputusannya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem dan peran pemerintahannya dalam menengahi Perjanjian Abraham 2020, yang menjadikan negara-negara Arab termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel. Warga Palestina telah lama menentang kebijakan tersebut.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement