Rabu 27 Mar 2024 14:40 WIB

Pakar UGM Ungkap Penyebab Meningkatnya Kasus DBD di Berbagai Daerah

Peningkatan kasus DBD kemungkinan besar terjadi akibat dampak El Nino

Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti, di Mataram, NTB, Rabu (13/3/2024). Pengasapan oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram itu merupakan tindak lanjut temuan kasus DBD yang kini tengah mengalami tren peningkatan dengan jumlah 130 kasus terhitung sejak pekan ke-9 tahun 2024.
Foto: ANTARA FOTO/Dhimas Budi Pratama
Petugas melakukan pengasapan (fogging) guna mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti, di Mataram, NTB, Rabu (13/3/2024). Pengasapan oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram itu merupakan tindak lanjut temuan kasus DBD yang kini tengah mengalami tren peningkatan dengan jumlah 130 kasus terhitung sejak pekan ke-9 tahun 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Direktur Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad menyoroti soal meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, secara global kasus DBD di Brazil bahkan sudah tercatat mencapai 1 juta kasus dari awal tahun lalu. 

"DBD memang sedang mengalami trend peningkatan," kata Riris kepada Republika, Rabu (27/3/2024). 

Menurutnya peningkatan kasus DBD kemungkinan besar terjadi akibat dampak El Nino. Adanya El Nino menyebabkan peningkatan suhu global maupun curah hujan yang cukup besar di ujung el Nino. 

"Penelitian epidemiologis telah menunjukkan bukti bahwa El Nino menyebabkan meningkatnya risiko penularan dengue," ucapnya.

Riris menepis anggapan yang menyebut bahwa teknologi wolbachia tak efektif dalam menurunkan kasus DBD. Ia menjelaskan bahwa daerah yang mendapatkan intervensi Wolbachia baru di daerah yakni Yogyakarta, Sleman dan Bantul.

"Meskipun ada lonjakan kasus dengue, tetapi tidak terlalu besar dibandingkan daerah lain," ungkapnya.  

Diketahui per tanggal 26 Maret kasus DBD di Kota Yogyakarta tercatat mencapai 49 kasus. Sedangkan di Kabupaten Sleman tercatat mencapai 70 kasus.

"Hasil penelitian kami sebelumnya menunjukkan bukti bahwa teknologi Wolbachia menurunkan kasus dengue hingga 77 persen. Jadi tanpa teknologi Wolbachia kemungkinan kasus dengue di Kota yogyakarta akan 5 kali lebih besar," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement