Kamis 28 Mar 2024 09:12 WIB

Interpol: Penyelundupan Manusia di Asia Tenggara Menjadi Krisis Global

Melesatnya bisnis ini terinspirasi model bisnis baru dan dipercepat Covid-19.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
BP2MI melantik para pejabat baru untuk memaksimalkan pencegahan dan penindakan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Foto: Wisnu Aji Prasetiyo/RepublikaTV
BP2MI melantik para pejabat baru untuk memaksimalkan pencegahan dan penindakan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Sekretaris Jenderal Kepolisian Internasional (Interpol), Jurgen Stock, mengatakan kejahatan terorganisasi yang memicu "ledakan" penyelundupan manusia dan penipuan daring selama pandemi yang berkembang di Asia Tenggara hingga jaringan internasional menghasilkan 3 triliun dolar Amerika Serikat (AS) per tahun.

"Didorong anonimitas daring, terinspirasi model bisnis baru dan dipercepat Covid-19, kelompok-kelompok kejahatan terorganisir ini kini bekerja dalam skala yang tidak terbayangkan satu dekade yang lalu," kata Stock dalam konferensi pers di kantor Interpol di Singapura, Rabu (27/3/2024).

Baca Juga

"Apa yang dimulai sebagai ancaman kejahatan regional di Asia Tenggara kini menjadi krisis penyelundupan manusia global, dengan jutaan korban, baik di pusat-pusat penipuan siber maupun yang sudah ditargetkan," katanya.

Stock mengatakan, pusat penipuan siber baru kerap dikelola pekerja paksa yang diselundupkan. Mereka awalnya dijanjikan pekerjaan yang sah. Para pekerja paksa ini membantu kelompok-kelompok kejahatan terorganisir untuk mendiversifikasi pendapatan mereka dari perdagangan narkoba.