REPUBLIKA.CO.ID, BACHOK -- Warga di Bachok Malaysia yang bekerja sebagai pekebun meningkatkan ekstraksi nira kelapa karena permintaan terhadap 'tuak' atau nektar pucuk kelapa mengalami kenaikan selama perayaan Hari Idul Fitri atau Lebaran 1445 H. Minuman ini termasuk salah satu hidangan pelengkap selama musim Lebaran di beberapa daerah di Malaysia.
Warga Bachok, Mohd Suhaimi Jusoh mengatakan selama ini ia bisa memproduksi 100 liter tuak setiap hari dengan bantuan anak-anaknya. Dilansir Malay Mail, Ahad (31/3/2024), produksi tersebut ditingkatkan seiring dengan kenaikan permintaan saat Lebaran nanti.
Hal itu karena banyak pelanggan yang menggunakan tuak sebagai nise atau sirup gula aren yang dijadikan saus celup ketupat di hari pertama Syawal atau momen lebaran.
Selain itu, Mohn Suhaimi juga menyampaikan, ada juga permintaan terhadap tuak segar untuk dijadikan sebagai minuman pelengkap hidangan lainnya saat Hari Idul Fitri. "Pelanggan memilih sirup tuak karena rasanya yang murni, tanpa tambahan gula," katanya kepada Bernama baru-baru ini.
Mohd Suhaimi mengatakan, setiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, memang ada permintaan yang tinggi terhadap tuak, khususnya di kalangan pembuat nise kerek. Tingginya permintaan ini tidak hanya di Bachok, tetapi juga di Kuala Krai, Tanah Merah, dan Gua Musang.
"Peningkatan permintaan selama Ramadhan ini mengharuskan kami membeli 20 ribu unit botol mineral, sehingga ada tambahan biaya modal sebesar 10 ribu ringgit Malaysia, serta menambah freezer dari lima menjadi sembilan unit untuk tuak beku," ujarnya.
Menurut Mohd Suhaimi, tuak banyak diminati pasar luar negeri, khususnya Singapura dan Korea Selatan. Namun, ada kendalanya, seperti tuak yang mudah mengandung gas dan mudah meledak.
"Sedangkan untuk tuak beku, ongkos kirimnya bisa cukup mahal karena didasarkan pada beratnya," ujarnya.
Dia menambahkan pelanggan tetap dan pemasoknya kebanyakan berasal dari Kuala Lumpur, Johor, Melaka, dan Pahang.