REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kelompok pemantau pemilu dari Dewan Eropa mengatakan pemilihan daerah skala nasional Turki, berjalan kompetitif dan memberi masyarakat banyak pilihan. Namun, digelar di tengah "lingkungan yang sangat terpolarisasi", yang perlu banyak pekerjaan yang dilakukan demi memastikan kebebasan berekspresi.
Partai oposisi meraih kemenangan dari Partai AK yang dipimpin Presiden Tayyip Erdogan. Oposisi menegaskan dirinya sebagai kekuatan politik. Hasil pemilihan daerah pada Ahad (31/3/2024) kemarin menjadi kekalahan terbesar Erdogan dan Partai AK, selama dua puluh tahun lebih berkuasa dan dapat menjadi sinyal perubahan lanskap politik Turki.
"Secara keseluruhan, pemungutan suara berjalan dengan tenang dan terorganisir dalam sikap profesional, dengan angka partisipasi tinggi yang menunjukkan tingginya komitmen warga pada proses demokrasi," kata kepala misi pemantauan pemilu Dewan Eropa, David Eray dalam konferensi pers di Ankara, Senin (1/4/2024).
"Kami menyambut baik pemilihan yang kompetitif ini, yang mana pemilih dapat memilih banyak opsi, kami hanya mencatat pemilihan daerah 2024 di Turki digelar di tengah lingkungan yang sangat terpolarisasi dan tidak terlalu kondusif bagi pemilihan lokal," kata deputi kepala delegasi Vladimir Prebilic.
Prebilic menambahkan sejumlah pihak di Dewan Eropa prihatin dengan praktik-praktik pemilu di Turki yang belum diatasi. "Sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi Dewan Eropa, supremasi hukum dan hak asasi manusia, perlu lebih banyak upaya untuk memastikan lingkungan politik dan media yang memiliki kebebasan berekspresi yang tulus dan kerangka kerja yang wajar dan diimplementasikan dengan baik yang diawasi lembaga peradilan yang independen," katanya.
Kritikus mengatakan, pemerintah Erdogan membungkam perbedaan pendapat, mengikis hak asasi manusia dan membawa institusi peradilan dan lembaga lain dalam kekuasaannya. Tuduhan yang dibantah pemerintah. Menjelang pemilihan daerah media pro-pemerintah meliput kampanye harian Erdogan. Sementara liputan kampanye oposisi terbatas.
Misi pemantauan pemilih terdiri dari 26 pemantau dari 16 negara Eropa. Mereka memantau lebih dari 140 tempat pemungutan suara, termasuk di kota-kota terbesar di Turki seperti Istanbul dan Ankara.