Selasa 02 Apr 2024 19:00 WIB

Saham Media Sosial Trump Terjun Bebas 21 Persen Usai Debut Mengesankan

Pada debutnya 26 Maret, saham Truth Social melonjak hingga 58 dolar AS.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Akun Truth Social mantan Presiden Donald Trump terlihat di perangkat seluler, Rabu, 20 Maret 2024, di New York. Pada hari Senin, 1 April, kurang dari seminggu setelah debut pasar saham yang mencolok, perusahaan media sosial Trump mengungkapkan bahwa mereka mengalami kerugian hampir $58,2 juta pada tahun 2023.
Foto: AP Photo/John Minchillo
Akun Truth Social mantan Presiden Donald Trump terlihat di perangkat seluler, Rabu, 20 Maret 2024, di New York. Pada hari Senin, 1 April, kurang dari seminggu setelah debut pasar saham yang mencolok, perusahaan media sosial Trump mengungkapkan bahwa mereka mengalami kerugian hampir $58,2 juta pada tahun 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham perusahaan media sosial milik Donald Trump, Trump Media & Technology Group (DJT.O), mengalami penurunan drastis sebesar 21 persen pada Senin (1/4/2024), sehingga menghapus semua keuntungan yang diperolehnya sejak debut minggu lalu. Penurunan ini terjadi setelah pengungkapan kerugian jutaan dolar AS dan kekhawatiran akan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan di masa mendatang.

Trump Media & Technology Group melaporkan kerugian lebih dari 58 juta dolar AS (sekitar Rp 923 miliar) pada 2023. Angka itu telah mengguncang pasar dan menyebabkan saham perusahaan merosot dalam waktu kurang dari seminggu, setelah perusahaan induk Truth Social melakukan penawaran umum perdana melalui merger cek kosong yang terkenal.

Baca Juga

Pada debutnya tanggal 26 Maret 2024, saham Trump Media melonjak hingga hampir mencapai 58 dolar AS (sekitar Rp 922.669) per saham karena antusiasme dari pembeli ritel, termasuk pendukung Trump yang potensial. Namun, pengungkapan kerugian pada Senin (1/4/2024) telah membalikkan tren tersebut, sehinggamenyebabkan saham turun sebesar 13,30 dolar AS (sekitar Rp 211.577) atau 21 persen, menjadi 48,66 dolar AS (sekitar Rp 774.153).

"Truth Social dinilai terlalu tinggi, dan kenyataan tentang kerugian perusahaan tersebut menarik saham ke bawah. Dengan sedikitnya pendapatan dan ketidakjelasan tentang profitabilitas, kenaikan harga saham tersebut tidak dapat dipertahankan," kata seorang analis di Insider Intelligence, Ross Benes, dilansir //Reuters//, Selasa (2/4/2024)

Trump sendiri memiliki 78,75 juta saham Trump Media, yang dapat menghasilkan keuntungan besar baginya tergantung pada nilai saham tersebut. Namun, setelah penurunan harga saham minggu lalu, nilai kepemilikannya menurun drastis dari puncaknya, yaitu lebih dari 6 miliar dolar AS (sekitar Rp 95,4 triliun), menjadi sekitar 3,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 60,4 triliun). Trump juga tidak diizinkan untuk menjual atau meminjam sahamnya selama enam bulan ke depan, yang dapat memperparah situasi.

Meskipun mengalami penurunan, nilai pasar Trump Media masih cukup besar, lebih dari 6 miliar dolar AS, meskipun masih di bawah kapitalisasi pasar platform media sosial Reddit yang mencapai 8 miliar dolar AS (sekitar Rp 127,2 triliun).

Para penjual //short// yang telah menargetkan Trump Media dan Digital World Acquisition (perusahaan yang menjadi pendahulunya) melaporkan kembali sebagian besar kerugian mereka. Aksi jual tersebut menghasilkan keuntungan sebesar 65 juta dolar AS (sekitar Rp 1 triliun) bagi para penjual singkat, sehingga memotong kerugian mereka sejak awal tahun menjadi 126 juta dolar AS (sekitar Rp 2 triliun).

Pendapatan Truth Social pada tahun lalu mencapai 4,13 juta dolar AS (sekitar Rp 65,7 miliar), naik dari 1,47 juta dolar AS (sekitar Rp 23,3 miliar) pada tahun sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan platform media sosial lainnya seperti Reddit yang menghasilkan pendapatan sebesar 800 juta dolar AS (sekitar Rp 12,7 triliun) pada 2023, pertumbuhan Truth Social masih jauh dari cukup.

Dalam pengajuannya pada Senin (1/4/2024), Trump Media menyatakan keraguan besar bahwa perusahaan akan memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang jatuh tempo, termasuk kewajiban terkait surat promes yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut.

Selain itu, perusahaan juga terlibat dalam perselisihan hukum dengan salah satu pendirinya, Wesley Moss dan Andrew Litinsky di pengadilan negara bagian Delaware dan Florida, yang dapat mempengaruhi kestabilan perusahaan di masa mendatang. Hakim di Delaware berencana untuk menetapkan tanggal sidang bulan ini untuk menyelesaikan sengketa terkait kepemilikan saham di perusahaan tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement