Rabu 03 Apr 2024 22:30 WIB

Jaga Harga Panen Raya, Bulog Diberi Fleksibilitas HPP

Ini agar harga gabah tidak terlampau turun pada saat panen raya.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Fuji Pratiwi
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.
Foto: dok istimewa
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mulai 3 April 2024 memberlakukan fleksibilitas penyerapan harga gabah dan beras untuk menjaga stabilitas di tingkat produsen atau petani.

Upaya ini dilakukan dalam rangka Perum Bulog menyelenggarakan peningkatan stok beras yang dikelolanya sebagai Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Baca Juga

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 167 Tahun 2024 Tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah, diharapkan dapat menjadi jaring pengaman bagi produsen gabah dan beras. Sehingga harga tidak terlampau turun jauh pada saat panen raya yang sedang akan berlangsung ini.

"Mulai hari ini (3/4/2024) sampai 30 Juni mendatang, kita putuskan adanya fleksibilitas HPP bagi Bulog. Ini agar Bulog dapat meningkatkan stok CBP yang berasal dari produksi dalam negeri, jadi tidak hanya bersumber dari importasi saja," ujar Arief dikutip dari siaran persnya seusai mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau penyaluran bantuan pangan beras di Kabupaten Merangin, Jambi, Rabu (3/4/2024).

Fleksibilitas HPP gabah dan beras yang diterapkan bagi Perum Bulog yakni Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang sebelumnya Rp 5.000 per kilogram (kg) difleksibelkan menjadi Rp 6.000 per kg. Selanjutnya Gabah Kering Giling (GKG) di gudang Perum Bulog yang sebelumnya Rp 6.300 per kg mengalami fleksibilitas menjadi Rp 7.400 per kg.

Sementara HPP beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, dan butir menir maksimal 2 persen yang sebelumnya Rp 9.950 per kg difleksibelkan menjadi Rp 11.000 per kg.

"Tentu dengan adanya fleksibilitas harga bagi Bulog ini akan menjadi safety net bagi para sedulur petani, agar harga dapat terjaga dengan baik. Tatkala produksi kian meningkat, tentu akan mempengaruhi harga," ujarnya.

Sesuai perintah Presiden Joko Widodo, kata Arief, agar memastikan harga di tingkat petani tidak boleh jatuh terlalu dalam. Sehingga pemerintah hadir memastikan Bulog menyerap produksi dalam negeri sebagai stok CBP.

Terkait proyeksi panen, sebagaimana Kerangka Sampel Area (KSA) yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), potensi luas panen padi di Maret dapat mencapai 1,247 juta hektar atau setara dengan beras sebanyak 3,83 juta ton. Sementara potensi luas panen padi di April, estimasinya maksimal sebesar 1,587 juta hektar atau setara beras 4,90 juta ton. 

Pada Mei nanti potensi luas panen padi sebesar 1,172 juta hektar atau setara beras 3,35 juta ton. Dengan itu, total produksi beras dari Maret sampai Mei dapat mencapai 12,08 juta ton.

"Panennya sudah banyak dan cukup besar, sehingga harga GKP yang tadinya sempat di atas Rp 8.000 per kg, saat ini sudah mulai menurun," kata dia.

Arief melanjutkan, sekarang tantangannya adalah bagaimana upaya menjaga harga di tingkat petani. Karena petani juga perlu dijaga dengan adanya harga pokok produksi ditambah margin yang wajar. Di samping itu, nilai tukar petani terutama tanaman pangan juga harus dijaga pergerakan indeksnya di tiap bulan.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement