Rabu 10 Apr 2024 19:00 WIB

Keteladanan Nabi Ibrahim Energi Membangun Bangsa

Keteladanan Nabi Ibrahim harus menjadi inspirasi membangun bangsa.

Foto udara sejumlah umat Islam menunaikan sholat Idul Fitri 1445 Hijriah secara berjamaah di Jalan Jatinegara Barat dan Jalan Matraman Raya, Jatinegara, Jakarta, Rabu (10/4/2024). Warga muslim setempat biasanya melaksanakan sholat Idul Fitri maupun Idul Adha di samping kanan dan kiri Gereja Protestan Koinonia yang didirikan pada 1889 itu.
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Foto udara sejumlah umat Islam menunaikan sholat Idul Fitri 1445 Hijriah secara berjamaah di Jalan Jatinegara Barat dan Jalan Matraman Raya, Jatinegara, Jakarta, Rabu (10/4/2024). Warga muslim setempat biasanya melaksanakan sholat Idul Fitri maupun Idul Adha di samping kanan dan kiri Gereja Protestan Koinonia yang didirikan pada 1889 itu.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -Khotib Shalat Id Hari Raya Idul Fitri di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Prof DR K.H Ali Aziz mengingatkan pembangunan bangsa meneladani langkah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim.

"Kita perlu berguru kepada Nabi Ibrahim yang membangun negeri dengan tiga pilar nasionalisme sebagaimana disebut dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah Ayat 126 yakni aman, nyaman, dan iman," kata Prof Ali Aziz dalam keterangan resmi yang diterima di Surabaya, Jawa Timur, Rabu. 

Baca Juga

Tiga poin itu, yakni aman, nyaman, dan iman merupakan doa Nabi Ibrahim ketika berupaya membangun Makkah. Hal tersebut menjadikan cermin semangat nasionalisme.

"Apa mungkin orang bisa menjalankan ibadah dengan tenang jika situasi negaranya tidak aman?," ujarnya.

Salah satu wujud keamanan terlihat dari berjalannya proses pemilihan umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024. Kondisi tersebut sepatutnya disyukuri oleh seluruh warga negara Indonesia. 

"Coblosan secara manual, yang serentak dilaksanakan di 17.000 pulau bukan pekerjaan ringan. Jika ada kontestan yang tidak puas, itu wajar, dan alhamdulillah tidak ada keributan, cukup diselesaikan melalui jalur hukum, bukan kekerasan," ucapnya.

Kemudian untuk pilar kedua, yakni kenyamanan disebutnya mengacu pada sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. 

"Betapa senangnya kita tinggal di Indonesia. Pepaya dan bengkuang yang per buah harganya ratusan ribu rupiah di Amerika dan Eropa, di Surabaya hanya seharga Rp 5.000-Rp 10.000," katanya.

Pilar ketiga dalam membangun negeri adalah keimanan karena keamanan tanpa iman atau kenyamanan tanpa agama berdampak pada kemajuan sumber daya manusia (SDM). 

Oleh karena itu, Prof Ali Aziz berharap pemerintah dan masyarakat saling bergandengan tangan dalam melaksanakan pembangunan peradaban bangsa.

"Kita harus menjadikan momen ini untuk bergembira dan bersyukur yang mendalam. Ayo hidup rukun," tuturnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement