Kamis 18 Apr 2024 22:34 WIB

Bapanas: Potensi Panen Padi April Capai 4,9 Juta Ton

Produksi tersebut dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketersediaan beras.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Foto: Republiika/Fauziah Mursid
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa potensi penyerapan beras pada bulan April diperkirakan mencapai 4,9 juta ton, sehingga produksi tersebut dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketersediaan beras dalam negeri.

“Bulan ini (potensi) panen padi 4,9 juta ton setara beras, Yang kemarin bulan lalu (Februari) dari 3,5 juta ton naik 3,8 juta ton (pada Maret),” kata Arief di sela halalbihalal bersama awak media di Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Baca Juga

Dia menyampaikan angka itu berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Selanjutnya panen padi pada Mei juga diperkirakan mencapai 3 juta ton setara beras. Angka ini menurun dari prediksi pada bulan April.

“Bulan ini itu panen 4,9 juta ton bulan depan (Mei) sekitar 3 juta ton. Itu waktunya kita semua untuk serap. Nah sekarang semua on kembali kita siap serap, termasuk Bulog,” ujar Arief.

Arief menerangkan penyerapan beras petani secara nasional pada Maret mengalami kenaikan sebesar 300 ribu ton dari bulan sebelumnya. Dari 3,5 juta ton menjadi 3,8 juta ton. Meski begitu, dia menilai bahwa jumlah panen pada Maret seharusnya bisa lebih dari 3,8 juta ton, bila wilayah Kabupaten Demak tidak terdampak banjir.

Dia menjelaskan akibat adanya banjir yang melanda wilayah Kabupaten Demak di Jawa Tengah pada awal Maret 2024, mengakibatkan panen padi berkurang sebanyak 200 ribu ton akibat sebagian sawah di daerah tersebut terendam banjir, bahkan ada yang puso.

“Sekarang kan lagi panen, bulan lalu 3,8 juta ton dari 3,5 juta ton. Jadi malah naik 300 ribu ton. Kemudian dikurangi banjir Demak dan lain lain itu sekitar 17.000 hektare, itu ekuivalen dengan 200 ribu ton,” ujar Arief pula.

Bapanas mencatat saat ini stok beras di gudang Bulog secara nasional mencapai 1.231.434 ton per 16 April 2024. Stok tersebut masih kurang dari yang diinginkan Presiden Joko Widodo, di mana stok Bulog minimal mencapai 3 juta ton.

“Kalau Pak Presiden ingin Bulog itu punya minimal 3 juta ton stok beras, kalau penugasan dari Badan Pangan (ke Bulog) kan 2 juta ton, kenapa 2 juta ton? Karena 1,2 juta tonnya itu dipakai untuk SPHP (beras stabilisasi pasokan dan harga pangan), kemudian kita juga punya bantuan pangan (10 kg beras) untuk 22 KPM Januari sampai Juni 2024,” kata Arief lagi.

Sementara itu, terkait importasi beras, Arief menuturkan langkah itu dilakukan secara terukur dan tidak akan mempengaruhi harga gabah kering di tingkat petani.

“Importasi itu dilakukan oleh Bulog, seandainya tetap berjalan pun itu masuk ke gudang (Bulog) dan disimpan. Jadi tidak ada kaitannya dengan harga di tingkat petani. Kalau harga di tingkat petani sekarang ini jatuh karena panennya barengan, kemudian basah dan kapasitas dryer,” kata Arief.

Bapanas memberlakukan fleksibilitas bagi Perum Bulog untuk harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani, menjadi Rp 6.000 per kilogram (kg) dari yang sebelumnya Rp 5.000 per kg yang diberlakukan mulai diberlakukan sejak 3 April 2024 hingga 30 Juni 2024.

“Kami putuskan adanya fleksibilitas HPP bagi Bulog. Ini agar Bulog dapat meningkatkan stok CBP (cadangan beras pemerintah) yang berasal dari produksi dalam negeri, jadi tidak hanya bersumber dari importasi saja,” kata Arief.

Dia menjelaskan fleksibilitas HPP gabah dan beras yang diterapkan bagi Perum Bulog, yakni gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang sebelumnya Rp 5.000 per kilogram (kg) difleksibelkan menjadi Rp 6.000 per kg. Selanjutnya gabah kering giling (GKG) di gudang Perum Bulog yang sebelumnya Rp 6.300 per kg mengalami fleksibilitas menjadi Rp 7.400 per kg.

Sementara HPP beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, dan butir menir maksimal 2 persen yang sebelumnya Rp 9.950 per kg difleksibelkan menjadi Rp 11.000 per kg.

“Tentu dengan adanya fleksibilitas harga bagi Bulog ini akan menjadi safety net bagi para sedulur petani, agar harga dapat terjaga dengan baik. Tatkala produksi kian meningkat, tentu akan mempengaruhi harga,” ujar Arief.

Arief mengatakan bahwa hal itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk selalu mengingatkan bahwa saat panen raya padi, harga di tingkat petani tidak boleh jatuh terlalu dalam, sehingga pemerintah hadir memastikan bersama Perum Bulog yang telah tugaskan untuk menyerap produksi dalam negeri sebagai stok CBP.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement