Senin 22 Apr 2024 08:27 WIB

OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan di Sumbar Tumbuh Positif

Pertumbuhan ekonomi Sumbar menunjukkan kinerja positif.

Rep: Febrian Fachri / Red: Gita Amanda
Ilustrasi OJK. Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatra Barat (Sumbar) menilai kondisi sektor jasa keuangan (SJK) di Sumbar posisi Februari 2024, tumbuh positif.
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Ilustrasi OJK. Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatra Barat (Sumbar) menilai kondisi sektor jasa keuangan (SJK) di Sumbar posisi Februari 2024, tumbuh positif.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatra Barat (Sumbar) menilai kondisi sektor jasa keuangan (SJK) di Sumbar posisi Februari 2024, tumbuh positif dengan tingkat risiko yang masih terjaga dalam menghadapi tingginya suku bunga global.

Plt Kepala OJK Sumbar, Guntar Kumala, mengatakan kinerja SJK juga turut mendukung pertumbuhan ekonomi Sumbar yang menunjukkan kinerja positif. Hal itu menurut Guntar tercermin dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Triwulan IV-2023 (yoy) tercatat sebesar 4,30 persen.

Baca Juga

"Kinerja industri perbankan (Bank Umum dan Bank Perekonomian Rakyat (BPR)) tumbuh positif. Pada Februari 2024, aset perbankan tumbuh 6,59 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 80,67 triliun dan penyaluran kredit pembiayaan tumbuh 7,31 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 69,93 triliun,” kata  Guntar, Ahad (21/4/2024) lalu.

Ia mengatakan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 4,79 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 54,10 triliun. Ia menilai sekror kredit masih terjaga dengan rasio NPL 2,37 persen, dan rasio LDR 129,26 persen. 

"Penyaluran kredit untuk pelaku UMKM mencapai Rp31,29 triliun, tumbuh sebesar 11,01 persen (yoy). Penyaluran kredit kepada pelaku UMKM ini mencapai 44,74 persen persen dari total kredit perbankan di Sumbar," ucapnya. 

Kredit UMKM paling banyak disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran, dengan pangsa mencapai 24,42 persen dan ke sektor pertanian, perburuan & kehutanan sebesar 21,47 persen. Untuk kinerja perbankan syariah, dari sisi aset, DPK dan penyaluran pembiayaan masih menunjukan pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Aset perbankan syariah Sumbar tumbuh sebesar 15,41 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 10,44 triliun. Dengan penghimpunan DPK meningkat sebesar 14,89 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 9,93 triliun dan penyaluran pembiayaan tumbuh 25,48 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 8,99 triliun. 

“Risiko pembiayaan juga masih terjaga dengan rasio NPF 1,74 persen, dan rasio FDR 90,57 persen. Kinerja BPR juga tumbuh dengan baik. Aset tumbuh 7,35 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 2,58 triliun, penghimpunan DPK tumbuh 3,70 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 1,91 triliun,” ujar Guntar.

Sedangkan penyaluran kredit/pembiayaan lanjut dia meningkat 10,48 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 1,99 triliun, dengan 70,51 persen merupakan kredit/pembiayaan bagi UMKM. Risiko kredit/pembiayaan terjaga dengan rasio NPL/NPF 8,38 persen, dan rasio LDR/FDR 104,13 persen. Pada industri Pasar Modal, jumlah Single Investor Identification (SID) terus tumbuh. Pada posisi Februari 2024, total SID berjumlah 176.150 investor, yang tumbuh sebesar 17,93 persen (yoy).

 Dari total SID tersebut, SID saham mencapai 78.738 investor, tumbuh sebesar 22,18 persen (yoy), dengan total nilai transaksi sampai dengan Februari 2024 adalah sebesar Rp 1,58 triliun. Sedangkan jumlah SID Reksa Dana adalah 166.603 investor, SID Surat Berharga Negara (SBN) berjumlah 7.264 investor, dan SID Efek Beragunan Aset (EBA) berjumlah 3 investor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement