Rabu 01 May 2024 20:27 WIB

Berkaca dari Podcast Anang Hermansyah dan Ghea, Jangan Asal Tanya 'Kapan Nikah?'

Pertanyaan 'kapan menikah' bisa menjadi sangat sensitif bagi sebagian orang.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Musisi Anang Hermansyah (kanan). Anang mendapat hujatan di media sosial karena menanyakan kapan menikah kepada Ghea Indrawari.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Musisi Anang Hermansyah (kanan). Anang mendapat hujatan di media sosial karena menanyakan kapan menikah kepada Ghea Indrawari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musisi Anang Hermansyah dihujat di media sosial karena mengajukan pertanyaan yang dinilai kurang patut kepada penyanyi Ghea Indrawari. Dalam podcast "Ngobrol Asix" yang dipublikasikan 8 April 2024, Anang menanyakan perihal kapan menikah kepada Ghea.

Istri dan putri Anang, Ashanty dan Aurel Hermansyah, meminta maaf karena memahami apa yang dilontarkan Anang kurang etis. Ashanty pun menyebutkan Aurel meminta maaf via pesan teks kepada Ghea, yang disebut tidak mempermasalahkan hal itu.

Baca Juga

Pertanyaan "kapan menikah?" atau "mengapa kamu masih melajang?" bisa menjadi sangat sensitif bagi sebagian orang, baik laki-laki atau perempuan. Psikolog sosial Bella DePaulo menjelaskan, menjadi lajang merupakan pilihan dan hak siapa saja. Menanyakan kepada seseorang mengapa mereka masih lajang bisa menjadi tindakan yang sangat ofensif.  

"Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan menjadi lajang, sesuatu yang harus dijawab oleh orang yang lajang, dan bagian 'masih' menyiratkan bahwa, pada akhirnya, semua orang harus menikah," ungkap DePaulo, dikutip dari laman Psychology Today, Selasa (1/5/2024). 

Padahal, tidak selalu seperti itu. Menurut DePaulo, siapa pun berhak memutuskan untuk menikah, sama halnya siapa saja punya hak untuk tetap menjadi lajang. Status tersebut tidak perlu dijelaskan mengapa dan bagaimana, apalagi kepada orang yang tak dikenal.

DePaulo dengan tegas menentang adanya pertanyaan-pertanyaan terkait hal tersebut yang dilontarkan dengan cara yang menghakimi atau menghina. Akan tetapi, bisa juga pertanyaan itu muncul dalam kondisi yang lebih akrab antara teman atau anggota keluarga.

Bagaimanapun, pertanyaan tentang belum menikah dan memilih melajang tetap dapat ditanyakan dengan cara yang penuh rasa ingin tahu dan pikiran terbuka. Jika itu terjadi, bagaimana cara terbaik untuk meresponsnya? Menurut DePaulo, jawaban yang diberikan bisa bergantung pada kondisi.

Apabila pertanyaan ada dalam konteks serius dan seseorang sungguh ingin mengetahui alasan di balik pilihan melajang, jawab saja apa adanya sesuai kondisi. Misalnya, karena masih fokus pada karier, masih menempuh studi, belum menemukan sosok yang tepat, masih menikmati waktu sendiri, atau sudah memiliki kehidupan dan teman-teman yang membuat bahagia.

"Jika seseorang muncul, itu keren, tetapi Anda tidak perlu khawatir karena setiap hari adalah petualangan baru yang menakjubkan. Anda menikmati setiap menitnya, fokus pada hal positif, dan ketika Anda sedang down, ada banyak teman untuk dihubungi. Persahabatan adalah investasi nyata yang dapat dilakukan," kata DePaulo.

Penulis buku Single at Heart itu juga memberi saran jawaban jika pertanyaan "kapan nikah?' atau 'mengapa masih melajang?' dilontarkan orang lain dengan cara yang menjengkelkan. Saran DePaulo, beri jawaban "skak-mat" untuk orang tersebut. 

Tanggapan to-the-point yang dinilai tepat oleh DePaulo adalah "Mengapa Anda menanyakan itu?". Sebab, memang tidak semua pilihan dan keputusan seseorang dalam hidup perlu diketahui banyak orang, atau perlu dijelaskan secara mendetail. Sah-sah saja jika seseorang belum atau tidak menikah.

Selain "kapan menikah?", ada sejumlah pertanyaan sensitif lain yang sebaiknya tidak perlu ditanyakan kepada orang lain. Deretan pertanyaan yang tak patut itu terkait usia, gaji, agama, berat badan, anak, hingga orientasi seksual. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement