REPUBLIKA.CO.ID,KUPANG -- Di Nusa Tenggara Timur (NTT) berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, pemeluk agama Katolik jumlahnya 54,32 persen, Protestan 36,49 persen, dan umat Islam 9,01 persen. Sementara, pemeluk ajaran Buddha 0,01 persen dan Hindu 0,17 persen.
Siapa sangka di NTT yang mayoritas masyarakatnya adalah Katolik dan Protestan pernah berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang dibangun masyarakat Muslim. Kerajaan-kerajaan Muslim itu pernah memberikan perlawanan sengit terhadap Portugis yang ingin berkuasa di wilayah NTT dan sekitarnya.
Lima kerajaan-kerajaan kecil yang dibangun masyarakat Muslim tersebut di antaranya Kerajaan Lohayong, Kerajaan Lamakera, Kerajaan Lamahala, Kerajaan Terong dan Kerajaan Labala. Letaknya di Pulau Solor, Adonara dan Lomblen.
Masyarakat Desa Menanga, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur di NTT memiliki tradisi lisan tentang sejarah kedatangan Islam ke wilayahnya. Mereka meyakini bahwa Islam sampai ke Pulau Solor pada abad ke-13 dibawa oleh Sayyid Rifaduddin Al Fatih atau Jou Imam Patiduri dari Hadramaut.
Demikian dijelaskan Muhamad Murtadlo dalam jurnal berjudul Situs Menanga Solor Flores Timur, Jejak Islam di NTT, diterbitkan Jurnal Lektur Keagamaan Kementerian Agama, 2017.
Menurut Muhamad Murtadlo, sejarah masuknya Islam ke wilayah Solor identik dengan kehadiran Shahbudin bin Ali bin Salman Al Farisi yang nantinya dikenal sebagai Sultan Menanga.
Umumnya, muncul asumsi publik bahwa Portugis yang membawa Katolik lebih dahulu tiba ke pulau Solor sebelum agama Islam menyebar di sana.
Akan tetapi pandangan tentang sejarah Portugis lebih dulu tiba di Solor itu dibantah oleh masyarakat Desa Menanga di Pulau Solor. Mereka meyakini Imam Patiduri lebih dulu menginjakkan kaki di Solor jauh sebelum kedatangan Portugis sekitar tahun 1561 dan Sultan Menanga sekitar tahun 1598.
"Yang membuktikan Jou Imam Patiduri pernah ada di Pulau Solor adalah keberadaan makamnya, pengakuan keturunannya dan cerita rakyat," kata Murtadlo saat berbincang-bincang dengan Republika pada tahun 2019.
Antonio Pigafetta, seorang ilmuwan dan penjelajah yang melakukan perjalanan bersama Ferdinand Magellan pernah berlabuh di Pulau Timor. Berdasarkan pengakuannya pada tahun 1522, Pigafetta mengaku sudah menyaksikan orang-orang Islam di pantai-pantai Timor.
Menurut Murtadlo yang juga peneliti dari Kementerian Agama, kesaksian Pigafetta secara tidak langsung mendukung tradisi lisan masyarakat Menanga yang meyakini Islam sudah tiba di Solor jauh sebelum kedatangan Bangsa Portugis dan Sultan Menanga. Keyakinan mereka terhadap Jou Imam Patiduri didukung oleh bukti fisik adanya makam Jou Imam Patiduri di Desa Menanga. Bahkan ada orang-orang yang mengaku sebagai keturunannya.
Murtadlo juga mengatakan, banyak sejarawan berpendapat bahwa perkembangan Islam di NTT dimulai dari Pulau Solor. Kemungkinan Solor menjadi daerah pertama yang tersentuh Islam karena letaknya sangat strategis.
"Pulau Solor memiliki bandar atau pelabuhan penting seperti Pamakayo, Lohayong, Menanga dan Labala, pelabuhan itu sangat penting bagi kapal yang menunggu angin untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Timor dan Maluku," ujarnya.
Sehingga penyebaran agama Islam dimulai dari lokasi di sekitar pelabuhan. Sebab agama Islam juga dibawa oleh para pedagang yang menggunakan transportasi laut. Sementara Pulau Solor menjadi tempat peristirahatan sebelum mereka melanjutkan pelayaran.