REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perang antara Kekasisaran Romawi dan umat Islam di era Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu disebut sebagai Perang Yarmuk. Perang yang terjadi di wilayah Suriah ini menjadi tempat perjuangan dan pengorbanan umat Islam yang jarang ada tandingannya.
Perang Yarmuk terjadi pada Agustus 636 Masehi atau sekira empat tahun sesudah Nabi Muhammad SAW berpulang ke rahmatullah.
Khalid bin Walid dengan julukan Pedang Allah memimpin pasukan Muslim dalam Perang Yarmuk untuk menaklukan wilayah Suriah yang berada di bawah kekuasaan Kekasisran Romawi.
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq mengerahkan sejumlah pasukan, para pemimpinnya dipilihnya dari kelompok panglima-panglima mahir, seperti Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Amr bin Al-Ash, Yazid bin Abu Sufyan, dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Melihat pergerakan pasukan Muslim, Kaisar Romawi memerintahkan kepada para menteri dan jenderalnya agar berdamai saja dengan kaum Muslimin dan tidak melibatkan diri dalam peperangan yang hanya akan menimbulkan kerugian. Tetapi para menteri dan jenderalnya dengan gigih bersikeras hendak meneruskan perang sambil berkata, "Demi Tuhan, kita akan membuat Abu Bakar kewalahan, sehingga ia tidak mampu mendatangkan pasukan berkudanya ke negeri kita."
Kekaisaran Romawi menyiapkan 240 ribu lebih tentara untuk peperangan menghadapi umat Islam di bawah komando panglima perang Khalid bin Walid. Dilansir dari buku Rijalun Haular Rasul (Biografi 60 Sahabat Nabi) yang ditulis Khalid Muhammad Khalid diterjemahkan Agus Suwandi diterbitkan Ummul Qura, 2013.
Pemimpin-pemimpin pasukan tentara Islam mengirimkan gambaran tentang situasi gawat ini kepada Khalifah Abu Bakar. Karenanya Abu Bakar berkata, “Demi Allah, semua kekhawatiran dan keraguan mereka akan kusembuhkan dengan kedatangan Khalid bin Walid.”
Kekhawatiran yang dimaksud Khalifah Abu Bakar adalah kesewenang-wenangan, permusuhan, dan kesyirikan. Kesembuhan dari kekhawatiran itu ialah perintah berangkat ke Syam dari Khalifah kepada Khalid bin Walid untuk mengepalai seluruh pasukan Islam yang sudah mendahuluinya berada di sana.
Dengan cepat, Khalid bin Walid mematuhi perintah dari Khalifah Abu Bakar. Khalid bin Walid segera menyerahkan kepemimpinan di Irak kepada Mutsanna bin Haritsah, kemudian dengan cepat Khalid bin Walid berangkat bersama prajurit-prajurit pilihannya, hingga sampai ke tempat kaum Muslimin di negeri Syam (Suriah).
Dengan keahliannya yang luar biasa, dalam waktu singkat, Khalid bin Walid menyusun pasukan Islam dengan menertibkan posisinya. Di medan perang dan sebelum pertempuran dimulai, Khalid bin Walid berdiri di tengah-tengah prajurit Islam untuk berpidato.
Khalid bin Walid berkata, sesudah memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya, “Hari ini adalah hari-hari Allah. Tidak pantas kita di sini berbangga-bangga dan berbuat durhaka. Ikhlaskanlah jihad kalian, dan harapkan ridha Allah dengan amal kalian! Mari kita bergantian memegang pimpinan. Hari ini salah seorang memegang pimpinan, besok yang lain, lusa yang lain lagi, sehingga seluruhnya mendapat kesempatan memimpin.”
Jumlah tentara Romawi yang besar dan amunisi mereka yang lengkap merupakan suatu yang sangat mengecutkan. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang Islam pun sebelum kedatangan Khalid bin Walid merasa gentar dan cemas, menyebabkan rasa gelisah dan keluh kesah memenuhi jiwa mereka. Tetapi, iman mereka membuat ringan segala pengabdian dalam suasana seperti itu, dan tiba-tiba fajar harapan dan kemenangan meliputi mereka dengan cahayanya.
Bagaimanapun hebatnya orang-orang Romawi dan tentaranya, Khalifah Abu Bakar telah berkata, "Khalid akan menyelesaikannya.” Ia mengatakan itu karena benar-benar mengetahui keadaan orang-orangnya.
Khalifah Abu Bakar menambahkan, "Demi Allah, segala kekhawatiran mereka akan kulenyapkan dengan Khalid! Biarkan orang-orang Romawi dengan segala kehebatannya itu datang! Bukankah ada penangkal bersama kaum muslimin."
Khalid bin Walid mempersiapkan tentaranya dengan membagi menjadi beberapa kesatuan besar. Ia mengatur kembali langkah-langkah taktis dan strategis untuk menyerang dan bertahan, untuk menandingi strategi Romawi.
Khalid bin Walid juga memetakan setiap kemungkinan dari peperangan ini, yang menakjubkan, peperangan itu berjalan tepat seperti yang dipetakan dan diharapkan oleh Khalid bin Walid.