REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Islam menganjurkan umatnya untuk istiqomah melakukan puasa sunnah di bulan syawal. Mereka yang istiqomah berpuasa syawal setelah puasa Ramadhan, akan mendapatkan pahala puasa seolah berpuasa setahun lamanya.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: "Sungguh Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)
Dari Tsauban ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan (maka setara) dengan sepuluh bulan dan berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka itulah yang disebut shiyamus-sunah (puasa setahun penuh).” (HR Ahmad, Ibnu Maja, dan Nasai)
Mengapa demikian? Dikutip dari buku “Rahasia Puasa Sunah” karya Ahmad Syahirul Ali, keistimewaan bulan Syawal terdapat pada letaknya tepat setelah bulan Ramadan. Pada bulan Ramadan, Islam didorong untuk berlomba-lomba berbuat ikan dan meraih ampunan dan ridha Allah. Selanjutnya, bulan itu ditutup dengan yaumul-fithr (hari berbuka) atau hari Idul Fitri, yaitu hari kemenangan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh mengisi Ramadhan dengan ibadah dan ketakwaan.
“Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan iman dan mengharapkan akan Ridha Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari Muslim)
Berakhirnya bulan Ramadan, bukan berarti berakhir pula puasa, ketakwaan, dan ibadah-ibadah lainnya. Alangkah baiknya, jika ibadah dan kebiasaan-kebiasaan baik di bulan Ramadan dilanjutkan pada bulan setelahnya. Puasa Syawal adalah pilihan tepat untuk melanjutkan ibadah puasa setelah puasa Ramadhan, karena puasa Syawal merupakan tanda syukur kepada Allah akan karunia-Nya yang begitu besar pada bulan Ramadan.
Selain itu, melanjutkan ibadah bulan Ramadan dengan berpuasa di bulan Syawal merupakan keutamaan
tersendiri. Bahkan, para ulama mengibaratkan kedudukan pusa di bulan sya’ban dan syawal bagi puasa Ramadhan seperti shalat rawatib sebelum dan sesudah shalat fardu.
Berpuasa di bulan saywal juga bermakna kesiapan seorang hamba untuk menaati hawa napsu yang sudah dilatih selama bulan Ramadhan, sehingga ia akan terus membawa amalan-amalan kebaikan yang sudah dikerjakannya selama bulan Ramadan.
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan,: "Wahai anak muda yang bertobat, apakah kalian akan kembali menyusu pada puting hawa nafsu setelah kalian menyapih diri, sungguh menyusu itu baik untuk anak kecil tapi tidak untuk manusia dewasa. Tetapi kalian harus bersabar dengan pahitnya sapihan, jika kalian bersabar maka lezatnya hawa nafsu akan berganti dengan manisnya iman di dalam hati."
Menurut para ulama, puasa di bulan Syawal juga merupakan indikator bahwa ibadah kita di bulan Ramadhan tidak sia-sia karena di antara tanda-tanda diterimanya ibadah ialah dengan diringankan untuk melakukan ibadah-ibadah lainnya.
Pelaksanaan Puasa Syawal
Sayyid Sabiq di dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa Syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan. Dan tidak ada keutamaan cara pertama atas cara kedua. Sedangkan menurut madzhab Syafi'i dan Hanafi, puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 Syawal hingga 7 Syawal. Lebih utama. Jadi, tidak ada madzhab yang tidak membolehkan puasa Syawal di hari selain tanggal 2 sampai 7, selama mash di bulan Syawal.
Ini artinya, bagi kita yang belum melaksanakan puasa Syawal, masih ada kesempatan mengerjakannya. Jangan sampai kita tinggalkan sunah puasa Syawal sebagai bukti Istiqamah setelah Ramadan.