REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, bersiap menghadapi dampak musim kemarau. Berkaca dari tahun lalu, BPBD Kabupaten Purbalingga mengantisipasi adanya masyarakat yang kekurangan air bersih.
“Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), puncak musim kemarau diprakirakan berlangsung pada bulan Juli-Agustus 2024. Mudah-mudahan musim kemaraunya tidak panjang, sehingga tidak berdampak signifikan terhadap kekeringan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga, Prayitno, Rabu (8/5/2024).
Prayitno mengatakan, BPBD tetap melakukan upaya antisipasi dengan menyiapkan bantuan air bersih. Tahun lalu, kata dia, 82 desa di 15 kecamatan yang terdampak kekeringan. “Kami juga sudah berkoordinasi dengan berbagai organisasi perangkat daerah, PDAM, PMI, dan instansi maupun organisasi lain, termasuk dunia usaha, untuk ikut membantu menyalurkan bantuan air bersih jika ada desa yang mengalami kekeringan,” ujar dia.
Prayitno berharap keberadaan sumur bor yang dibangun di sejumlah desa atas bantuan berbagai pihak dapat mengurangi potensi terjadinya kekeringan atau kesulitan air bersih pada musim kemarau.
Ihwal pengairan untuk pertanian, sempat dikabarkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak berencana melakukan pengeringan saluran irigasi di daerah irigasi (DI) Banjarcahyana pada musim kemarau ini, dalam rangka pemeliharaan berkala. Menurut Prayitno, berdasarkan informasi terbaru, rencana pengeringan DI Banjarcahyana tersebut tidak jadi dilaksanakan BBWS.
Dengan begitu, Prayitno mengatakan, masih akan ada pasokan air untuk kebutuhan pertanian dari DI Banjarcahyana. “Selain itu, dengan adanya air di saluran irigasi, biasanya juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan air di sumur-sumur warga, terutama yang berada di sekitar daerah irigasi, sehingga airnya tidak menyusut saat musim kemarau,” katanya.