Kamis 09 May 2024 00:05 WIB

Kesaksian Warga: Ricuh di Pamulang Bukan Persoalan Ibadat Rosario

Warga sebelumnya sudah mengingatkan aksi kumpul-kumpul yang dinilai mengganggu.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Kondisi rumah kontrakan tempat kejadian perkara (TKP) kericuhan antara sejumlah mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM) dengan warga di Jalan Ampera RT 007/RW 002 Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (8/5/2024).
Foto: Republika/Ali Mansur
Kondisi rumah kontrakan tempat kejadian perkara (TKP) kericuhan antara sejumlah mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM) dengan warga di Jalan Ampera RT 007/RW 002 Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (8/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA — Warga Kampung Poncol, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, menegaskan bahwa kericuhan antara sekelompok mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) dengan masyarakat setempat tidak terkait dengan persoalan ibadat doa Rosario. Disebutnya kericuhan yang terjadi pada hari Ahad (5/5/2024) malam tersebut merupakan persoalan sebelum-sebelumnya.

“Kejadian kemarin kan puncaknya. Karena sebelum warga sini sudah sering ingetin, mereka itu sering kumpul-kumpul ramai gitu, jadi ganggu warga sini,” ujar Haji Sedi (70 tahun) saat ditemui di kediamannya, Rabu (8/5/2024). 

Baca Juga

Ia melanjutkan, warga sekitar sudah mengetahui jika mereka rutin melakukan peribadatan di dalam kontrakan tersebut. Namun, dia memastikan bahwa warga tidak mempersoalkan hal itu dan warga juga tidak pernah melarang mereka untuk melakukan peribadatan di kontrakan.

Sehingga dia pun heran kericuhan yang viral di medsos tersebut dinarasikan karena persoalan larangan ibadat. “Kita di sini enggak pernah larang siapa pun beribadah di tempat tinggal, agama apa pun,” ucap Sedi.

Hal senada juga disampaikan oleh Alam (45 tahun) yang juga warga pendatang di kampung tersebut. Menurut dia, banyak mahasiwa Unpam yang mengontrak di kampung tersebut, tetapi mereka tetap menjaga kerukunan dan saling menghargai tidak pernah membuat gaduh. Karena itu di berharap kasus kericuhan tidak dibesar-besarkan tidak dilebih-lebihkan. 

“Saya kira itu bisa diselesaikan secara musyawarah. Enggak benar itu informasi ada yang kena bacoklah apalah. Sampaikanlah sesuai fakta,” kata Alam.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement