REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari separuh populasi Zimbabwe akan membutuhkan bantuan pangan tahun ini menyusul kekeringan hebat yang menyebabkan kegagalan panen yang meluas. Demikian menurut laporan dari kabinet negara itu.
Zimbabwe Livelihoods Assessment Committee (ZIMLAC) melaporkan bahwa sekitar 6 juta orang di daerah pedesaan dan 1,7 juta di daerah perkotaan akan membutuhkan bantuan pangan.
Zimbabwe adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak kekeringan yang disebabkan oleh El Nino di Afrika Selatan, dengan Zambia dan Malawi yang juga menghadapi kekurangan pangan tahun ini. Ini adalah kekeringan terburuk di Zimbabwe dalam 40 tahun terakhir, menurut pemerintah.
Penilaian tanaman terbaru yang disampaikan kepada kabinet Zimbabwe juga merevisi defisit produksi jagung Zimbabwe menjadi 77 persen dari prediksi pekan lalu.
"Penurunan produksi sebesar 77 persen menjadi 744.271 metrik ton diperkirakan terjadi pada musim panas 2023/2024, yang mengindikasikan adanya kekurangan besar baik untuk pangan maupun pakan ternak," demikian menurut laporan kabinet seperti dilansir Reuters, Rabu (15/5/2024).
Sebuah konsorsium penggilingan swasta lokal berencana untuk mengimpor 1,4 juta metrik ton jagung putih dan kuning dari Brazil dan negara-negara lain untuk menutupi defisit pangan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) telah meminta bantuan keuangan untuk menyelamatkan jutaan orang dari kelaparan. Hal ini menyusul permintaan pemerintah untuk bantuan pangan senilai 2 miliar dolar AS dari para simpatisan dan donor.
Zimbabwe telah gagal memenuhi kebutuhan pangannya sendiri sejak tahun 2000, ketika mantan presiden Robert Mugabe memimpin reformasi lahan yang mengganggu produksi, sementara perubahan iklim telah memperburuk kemampuan negara ini untuk menanam cukup makanan.