Kamis 16 May 2024 09:23 WIB

UGM Terima Hibah Bus Listrik dari Kementerian Investasi

UGM akan manfaatkan bus listrik untuk sarana umum.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi bus listrik.
Foto: ANTARA FOTO/Hasrul Said
Ilustrasi bus listrik.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN --  Universitas Gadjah Mada (UGM) menerima hibah 3 unit bus listrik dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Penyerahan tersebut dilakukan sesaat setelah penandatanganan perjanjian hibah barang milik negara yang dilangsungkan di halaman Balairung, Gedung Pusat UGM, beberapa waktu lalu.

Rektor UGM Prof Ova Emilia, menyampaikan apresiasi atas hibah 3 bus listrik yang telah diberikan oleh Kementerian Investasi/BKPM. Menurutnya pemberian hibah bus listrik senilai Rp 4,1 miliar tersebut sangat bermanfaat bagi UGM untuk mendukung upaya penurunan emisi karbon dengan mengadopsi kendaraan ramah lingkungan. 

Baca Juga

"Pemberian hibah bus listrik ini saya kira  untuk mendukung program pemerintah dalam mewujudkan UGM sebagai kampus hijau," kata Ova dalam keterangannya.

Ova mengungkapkan UGM saat ini telah memiliki 2 unit bus listrik. Keduanta telah beroperasi sejak April 2022 lalu. Masing-masing bus berkapasitas penumpang 14 orang (duduk) dan 10 orang (berdiri).

Ova menuturkan adanya 2 bus listrik ini dirasa masih sangat kurang, sehingga tambahan 3 unit bus ini sangat membantu UGM dalam memfasilitasi layanan transportasi bagi civitas akademika di UGM. 

"Bus ini sangat bermanfaat dalam mendukung mobilitas sivitas akademika di lingkungan kampus UGM dan sebagai wujud dukungan kampus dalam isu transisi energi dan mitigasi perubahan iklim global," ucapnya.

Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal, Riyatno menyampaikan bahwa hibah bus listrik kepada UGM sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia. Menurutnya, pemerintah terus secara konsisten mendorong ekonomi hijau dan rendah karbon sebagai salah satu strategi dalam mewujudkan transformasi ekonomi Indonesia. 

"Salah satu target dalam roadmap sektor energi adalah mencapai Nol Emisi Karbon 2060 dengan penggunaan kendaraan listrik baik untuk kegiatan komersial maupun kendaraan pribadi." tuturnya.

Riyatno juga menyebutkan cadangan persediaan nikel Indonesia yang setara dengan 23 persen cadangan di dunia sangat mendukung pengembangan ekosistem industri baterai listrik di Indonesia. Ia menambahkan, dukungan pemerintah lainnya dengan memberikan berbagai insentif seperti tax holiday bagi produsen selama 20 tahun, super tax deduction hingga 300 persen, dan pembebasan PPN atas impor dan perolehan barang modal berupa mesin dan pabrik untuk kendaraan bermotor. 

"Pemerintah menaruh perhatian terhadap konsumen yaitu dengan memberikan insentif berupa subsidi pembelian motor listrik sebesar Rp7 juta, pengurangan PPN atas pembelian mobil dan bus listrik, dan pengurangan bea balik nama kendaraan bermotor untuk motor dan mobil listrik hingga 90 persen," kata Riyatno.

Sementara CEO PT VKTR Teknologi Mobilitas, Tbk Gilarsi W Setijono, sebagai penyedia bus listrik mengungkapkan bus yang dihibahkan ke UGM memiliki desain yang lebih lebar dibandingkan dari yang biasanya dan sudah mendapat izin daei Kementerin Perhubungan. "Kalau lebar bus listrik biasanya hanya 2,1 meter, kami buat menjadi 2,4 meter agar muatan jadi lebih banyak, lebih aman, dan lebih nyaman pastinya," ungkapnya.

Gilarsi mengungkapkan, masing-masing bus listrik yang dihibahkan memiliki kapasitas mampu menampung penumpang lebih darj 30 orang. Bus tersebut juga bisa menempuh jarak sejauh 220 kilometer untuk satu kali pengisian daya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement