Kamis 16 May 2024 15:57 WIB

Tantangan yang Dirasakan Single Parent Ketika Membesarkan Anak

Stigma negatif merupakan tantangan terbesar yang didapatkan orang tua tunggal.

Orang tua tunggal (ilustrasi). Setidaknya ada empat tantangan besar orang tua tunggal.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Orang tua tunggal (ilustrasi). Setidaknya ada empat tantangan besar orang tua tunggal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi orang tua tunggal atau single parent dinilai tidak mudah. Orang tua tunggal memegang peran yang sangat menantang ketika mengasuh anak seorang diri. Cukup banyak tantangan yang harus dihadapi sendiri dalam proses mengasuh seorang anak sebagai ibu atau ayah tunggal. 

Praktisi pendidikan anak usia dini dari Rumah Main Cikal Bandung, Yuliani Dwi Astuti atau yang hangat disapa Uli, menyatakan bahwa terdapat empat tantangan yang dirasakan dan dihadapi oleh orang tua tunggal, dari stigma negatif hingga parental burnout. Berikut ini penjelasannya:

Baca Juga

1. Stigma negatif menghampiri dan tak ada support system 

Stigma negatif terhadap orang tua tunggal dalam masyarakat masih menjadi tantangan yang nyata yang dihadapi oleh para orang tua tunggal, baik ayah tunggal atau ibu tunggal. Uli menyebutkan bahwa stigma negatif adalah tantangan terbesar yang membuat para orang tua tunggal harus mengasah ketangguhannya dalam menjalankan peran dengan menambah support system seperti bergabung dalam komunitas orangtua ditambah dengan kekuatan rohani.

Stigma negatif orang tua tunggal sayangnya tak hanya hadir dari lingkungan sekitar saja, melainkan juga dari orang terdekat, seperti sahabat, dan keluarga.

“Adanya stigma negatif yang berasal dari lingkungan sekitar bahkan banyak juga ditemui stigma negatif tersebut hadir dari orang terdekat. Beribadah dan bergabung dalam komunitas orang tua tunggal bisa membantu untuk memberikan dorongan dan kekuatan untuk menghadapi hal yang sangat sulit sekalipun,” ujar Uli, sapaan akrabnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, baru-baru ini.

2. Penyesuaian dan adaptasi sifat dan pembawaan natural diri 

Uli mengatakan, tantangan pertama yang dihadapi adalah penyesuaian dan adaptasi sifat dan pembawaan natural diri. Penyesuaian dan adaptasi ini dilakukan oleh seorang ibu dan/atau ayah tunggal untuk dapat memenuhi kebutuhan anak dan cara pemenuhannya dalam hal kehadiran orang tua utuh. 

Orang tua tunggal dalam hal ini harus dapat memegang peran sebagai Ayah dan Ibu dalam menjalankan perannya. Peran ayah dalam hal ini menjadi sosok pelindung, sosok yang memenuhi kebutuhan keluarga, dan pemimpin, dan peran Ibu dalam hal ini yang menjadi sosok penyayang, sosok dengan penuh kelembutan, dan lainnya. 

3. Mengelola waktu secara seimbang antara bekerja dan mengasuh anak

Mengemban peran sebagai ayah dan juga ibu dalam waktu yang bersamaan saat mengasuh anak bagi orang tua tunggal terkadang membuatnya harus dapat mengelola waktu secara seimbang. Uli menyebutkan, membagi waktu adalah satu dari banyak tantangan yang cukup berat untuk dihadapi bagi orang tua tunggal dalam pengasuhan anak.

Dia menyebut, salah satu tantangan bagi orang tua tunggal adalah membagi waktu untuk memenuhi kebutuhan finansial dan juga memenuhi peran sebagai orang tua. Orang tua tunggal perlu membuat komitmen untuk meluangkan waktu yang berkualitas yang dilakukan bersama anak, agar anak tetap mendapatkan haknya untuk memperoleh pengasuhan," kata dia.

4. Menghadapi parental burnout 

Tantangan ketiga yang juga dihadapi dan dirasakan oleh orang tua tunggal dalam memegang peran sebagai ayah dan ibu secara bersamaan adalah menghadapi parental burnout, sebuah keadaan atau kondisi stres dan kelelahan yang sudah mencapai titik puncaknya secara jangka panjang dan membuat orang tua merasa berat dalam mengasuh anak dan jauh secara emosional dengan anak. 

Uli menyebutkan, parental burnout terjadi karena orang tua terlalu fokus dalam memenuhi perannya dan melupakan kebutuhan dirinya sebagai individu yang berhak memenuhi me time atau waktu bagi diri sendiri. “Orang tua tunggal pun perlu untuk mengenal dan memenuhi kebutuhan dasarnya agar tidak terjadi parental burnout karena terlalu berfokus pada pengasuhan anak dan pemenuhan peran dalam lingkungan sosial sehingga melupakan bahwa dirinya pun merupakan sosok individu yang memiliki kebutuhan individual yang perlu dipenuhi,” kata Uli.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement