REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan PT Indofarma (Persero) harus lebih serius dalam melalukan transformasi. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi perusahaan.
"Transformasi perusahaan perlu dilaksanakan lebih serius, terutama aspek pengelolaan bisnis inti dan pengelolaan risiko yang lebih baik. Kinerja Indofarma kan dalam tiga tahun terakhir memang tidak memuaskan," ujar Toto saat dihubungi Republika di Jakarta, Rabu (22/5/2024).
Toto menyebut persoalan utama ialah Indofarma tidak mampu menjalankan pengelolaan inventori Covid-19 dengan cukup baik. Alhasil, hal ini menjadi beban bagi kinerja perusahaan.
Toto menyampaikan kondisi ini diperburuk dengan tindakan penyelewengan keuangan yang dikerjakan anak perusahaan, PT Indofarma Global Medika (IGM). Menurut Toto, Bio Farma selaku induk holding BUMN farmasi memang memiliki tanggung jawab terkait kondisi anak perusahaan.
"Namun bantuan finansial ini tentu ada batasnya, karena bleeding (pendarahan) keuangan yang terus menerus di Indofarma tentu akan berdampak pada sisi likuiditas dari Bio Farma sebagai induk usaha," ucap Toto.
Toto menilai Indofarma perlu segera melakukan perbaikan dan restrukturisasi mendasar, terutama dari sisi bisnis dan optimalisasi fasilitas produksi. Pengamat BUMN itu menyebut Indofarma harus memperkuat posisinya sebagai produsen produk obat generik dan alat kesehatan (alkes).
"Dengan fokus pada obat generik dan alkses, mestinya korporasi ini bisa bertumbuh, apalagi permintaan dari pasar captive, seperti pemerintah juga tersedia," kata Toto.