Sabtu 01 Jun 2024 20:22 WIB

BPPTKG Laporkan tak Ada Penambahan Aliran Lahar Dingin Merapi Sepekan Ini  

Pada minggu ini tidak terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Hafil
Kendaraan melintas di jalan tol fungsional Solo-Yogyakarta dengan berlatar belakan Gunung Merapi di Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (6/4/2024). Berdasarkan data Satlantas Polres Klaten per 6 April 2024, kendaraan yang keluar melalui pintu tol Karanganom dan pintu tol Ngawen sebanyak 8.498 kendaraan.
Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Kendaraan melintas di jalan tol fungsional Solo-Yogyakarta dengan berlatar belakan Gunung Merapi di Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (6/4/2024). Berdasarkan data Satlantas Polres Klaten per 6 April 2024, kendaraan yang keluar melalui pintu tol Karanganom dan pintu tol Ngawen sebanyak 8.498 kendaraan.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan bahwa tidak penambahan aliran maupun lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam sepekan terakhir. Hal ini dikarenakan tidak terjadi hujan di sekitar Merapi pada periode pengamatan 24-30 Mei 2024. 

 “Pada minggu ini tidak terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dan tidak dilaporkan adanya penambahan aliran maupun lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Jumat (31/5/2024). 

Baca Juga

Selama sepekan terakhir, pihaknya juga mencatat 124 kali guguran lava yang diluncurkan Merapi. Seluruh guguran lava tersebut mengarah ke barat daya atau ke Kali Bebeng sejauh maksimal 1.900 meter. 

 Akibat adanya aktivitas guguran lava ini, morfologi kubah barat daya mengalami perubahan. Sedangkan untuk morfologi kubah tengah relatif tetap. 

 “Berdasarkan analisis foto udara tanggal 23 Mei 2024, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.164.400 meter kubik, dan kubah tengah sebesar 2.360.000 meter kubik,” ucap Agus. 

 Terkait dengan kegempaan, dalam sepekan terakhir BPPTKG juga mencatat terjadi 24 kali gempa vulkanik dangkal. Selain itu juga tercatat 146 kali gempa guguran, dan 17 kali gempa tektonik. 

 “Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu,” jelasnya. 

Melihat aktivitas vulkanik Merapi yang masih cukup tinggi yakni berupa aktivitas erupsi efusif, Merapi masih ditetapkan dalam tingkat siaga. Agus menyebut bahwa potensi bahaya Merapi masih berupa guguran lava dan awan panas guguran (AGP) yang dapat terjadi di sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara. 

 Pada sektor selatan-barat daya, potensi bahaya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Sedangkan, potensi bahaya pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer. 

“Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” jelasnya.

Agus juga menyebutkan, data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung. Hal ini dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.

Untuk itu, masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Agus juga meminta masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

 “Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi,” kata Agus.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement