REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Legenda petarung MMA Khabib Nurmagomedov kedapatan berbincang dengan kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump jelang pertarungan antara Islam Makhachev dengan Dustin Poirer pada Sabtu (1/6/2024) lalu.
Dalam video yang beradar di akun Youtube MMA Squad, Khatib tampak berbicara kepada Donald Trump. “I know you’re gonna stop all this Palestine war” (Saya tahu anda akan menghentikan semua perang di Palestina). Donald Trump pun menjawab,”Were gonna stop it. I’m gonna stop it” (Kita akan menghentikannya. Saya akan menghentikannya).
Dilansir dari MMA Weekly, Sikap Khabib sama dengan sekian banyak petarung UFC yang berharap genosida di Gaza segera berakhir. Pembantaian ini telah berlangsung selama hampir satu tahun penuh. Belum ada tanda-tanda akan mereda dalam waktu dekat. Dengan harapan dapat mempercepat proses dan menciptakan perdamaian bagi warga Palastina, Khabib yang diketahui merupakan Muslim yang taat, memanfaatkan kesempatannya untuk meminta bantuan Donald Trump. 'The Eagle' menyarankan agar Trump membantu menghentikan perang di Palestina, dan Trump tampak menyetujuinya.
Apakah Donald Trump benar-benar akan menghentikan Perang di Gaza jika dia menjabat sebagai Presiden AS? Dalam wawancaranya dengan surat kabar Israel, Israel Hayoum, yang dirilis pada Senin, 25 Maret 2024, Donald Trump mengatakan dia akan bereaksi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Meski demikian, Israel kehilangan dukungan internasional dan harus mengakhiri perangnya melawan kelompok Islam di Gaza.
Trump mengatakan serangan mendadak Hamas ke selatan Israel salah satu hal paling sedih yang pernah ia lihat."Meskipun demikian, Anda harus menyelesaikan perang, Anda harus menyelesaikannya, Anda harus mengakhirinya," kata Trump, Senin (25/3/2024).
Serangan mendadak 7 Oktober memicu serangan Israel ke Gaza yang kini berlangsung hampir satu tahun. Israel mengatakan serangan akan terus berlanjut sampai Hamas dihancurkan dan semua sandera dibebaskan.
Israel berencana memperluas serangannya ke Rafah yang kini menampung lebih dari 1 juta pengungsi dari daerah lain di Jalur Gaza. Rencana tersebut memicu keretakan hubungan Israel dengan pemerintah Presiden AS Joe Biden yang mengatakan serangan itu akan menjadi kesalahan.
Saat menjabat sebagai presiden, Donald Trump merupakan aktor utama dibalik Abraham Accord, skema kesepakatan antara Amerika Serikat dengan negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Menjelang dijalinnya normalisasi hubungan antara Arab Saudi dengan Israel, serangan 7 Oktober pun terjadi.
Tak hanya itu, Trump dikritik Organisasi Antipemukiman Israel, Peace Now. Lembaga tersebut mengungkapkan, selama memerintah, Trump mendukung perluasan permukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
"Tidak seperti pemerintahan Amerika sebelumnya, Pemerintahan Trump hampir sepenuhnya menahan diri untuk tidak mengkritik kebijakan permukiman Israel dan bahkan telah mendukung pernyataan dan tindakan yang mengembangkan permukiman lebih lanjut," kata Peace Now dalam laporannya, dikutip laman Middle East Monitor,
Peace Now menilai, selama empat tahun masa jabatan Trump, telah terjadi perubahan besar dalam posisi AS terkait proyek permukiman Israel. Hal itu dianggap telah menghancurkan konsensus internasional seputar solusi dua negara.
"Aneksasi de facto telah memanifestasikan dirinya dalam persetujuan unit permukiman tingkat tinggi, pelanggaran garis merah internasional informal di daerah yang sangat sensitif seperti lingkungan Yerusalem dan Hebron, serta pembangunan lebih dari 30 pos baru," kata Peace Now.