Jumat 05 Jul 2019 15:03 WIB

De Groote Rivier, Gedung-Gedung Tua di Kali Besar

Gedung-gedung tua itu terdiri atas kantor, toko, dan gudang yang dulu milik kompeni.

Foto Kali Besar sekitar tahun 1900-an
Foto: Tangkapan layar (Istimewa)
Foto Kali Besar sekitar tahun 1900-an

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

De Groote Rivier Batavia, sekarang dikenal sebagai Kali Besar, Jakarta Barat. Di lokasi itu berjejer bangunan lama yang terdiri atas kantor, toko, dan gudang yang dalam bahasa Belanda, bangunan itu disebut de Groote Rivier.

Bangunan ini dilestarikan oleh Pemda DKI Jakarta yang tengah bersemangat meningkatkan arus wisatawan asing ke Jakarta. Sebelumnya, daerah yang pada abad ke-17 sampai 19 merupakan pusat kota Batavia Centrum ini menjadi tempat hunian warga Belanda. Di kawasan ini, mereka tinggal di tepi Ciliwung yang kala itu masih dapat dilayari kapal-kapal dagang.

Pada akhir abad ke-18 (1799), VOC atawa kompeni tamat riwayatnya akibat korupsi besar-besaran. VOC kemudian digantikan NHM (Nederlandse Handels Maatchappij). Perubahan dari pemerintahan kompeni ke pemerintahan kolonial sekonyong meningkatkan imigrasi spontan dari negeri Belanda.

Banyak di antara mereka adalah pemilik modal yang membuka orderneming di pegunungan dan daerah perkebunan. Sebagai kantor pusatnya, mereka membuka kantor dan gedung di Kali Besar seperti yang terlihat dalam deretan foto ini.

photo
Suasana hasil revitalisasi kali besar di kawasan Kota Tua, Jakarta, Kamis (3/5).

Di antara gedung-gedung itu adalah Jacobson Van den Berg, Chatered Bank, dan Exim Bank. Mereka membangunnya pada abad ke-19 seperti terlihat dalam foto.

Warga Eropa yang semula tinggal di Kali Besar kala itu sudah hengkang ke selatan yang mereka namakan Weltevreden yang lebih sehat dan sejuk udaranya, begitu bergairahnya para imigran Eropa datang ke Batavia.

Kota Batavia pada awal abad ke-20 berpenduduk setengah juta jiwa, 50 ribu di antaranya warga Eropa dan 200 ribu orang Indonesia dan mencapai puncak kekuasaan politik dan kemakmuran ekonominya. Selama perang dunia pertama, Batavia mengekspor bahan-bahan mentah yang sangat menguntungkan. Di zaman malaise (resesi ekonomi) tahun 1929-1933, ketika nilai ekspor menurun menjadi separuh, batas keuntungan masih demikian luasnya sehingga mereka yang berada dan kaya tidak mengalami kekurangan apa-apa.

photo
Petugas PPSU membersihkan sampah di Kali Besar, kompleks Kota Tua, Jakarta, Kamis (30/8).

Sebelumnya, ketika Pelabuhan Tanjung Priok dibuka (1883) menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa yang telah dangkal, banyak pemilik gedung di Kali Besar khawatir tempat usahanya akan merosot tersaingi Tanjung Priok. Tapi, dengan dibangunnya jalan kereta api dan Tanjung Priok kala itu merupakan daerah endemik malaria, kekhawatiran itu tidak terjadi.

Hingga kini, Kali Besar dan sekitarnya hingga kawasan perdagangan Glodok masih ramai didatangi para pengunjung yang datang, bukan hanya dari Jakarta, tapi juga berbagai daerah di Nusantara. Apalagi pascadirevitalisasi Pemprov DKI. Selain berburu foto, mereka juga membeli barang-barang yang banyak dijual secara grosir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement