Oleh Fitriyan Zamzami, wartawan Republika
REPUBLIKA.CO.ID -- Hidup Fahirin, menurut penuturannya, tak landai. Pria kelahiran 1966 tersebut nyaris paripurna menjalani jejak-langkah rerupa golongan dengan garis Islam yang tergolong keras di Indonesia sepanjang 1980-an hingga awal milenium.
Fahirin yang asli Jakarta itu mengklaim, sebelum remaja sudah hadir saat terjadi kericuhan antara pendukung Golkar dan PPP di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat menjelang Pemilu 1982. Begitu juga saat aksi unjuk rasa penolakan asas tunggal Pancasila berujung pembunuhan warga oleh ABRI di Tanjung Priok pada 1984.
Ia sempat bergabung dengan Pelajar Islam Indonesia (PII), juga ikut menghadiri Presidium Dewan Imamah, sebuah gerakan pada 1980-an yang menurutnya berupaya menggulingkan Soeharto dan menegakkan Islam. “Saya waktu itu masih kecil, ikut-ikutan saja,” kata Fahirin ketika saya hubungi, Senin (20/6).