Jumat 18 Aug 2017 05:11 WIB
HUT Bung Hatta

Hatta, Koperasi, dan Kisah Pedagang Terjerat Rentenir

Mohammad Hatta dan Rahmi menikah di Megamendung, Bogor, pada 18 November 1945.
Foto: IST
Mohammad Hatta dan Rahmi menikah di Megamendung, Bogor, pada 18 November 1945.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sapto Andika Candra, wartawan Republika.co.id

Tak ada tempat yang lebih ideal untuk mengintip perjuangan koperasi bertahan hidup, selain di tanah kelahiran sang Bapak Koperasi, Mohammad Hatta. Di kota kelahirannya, Bukittinggi, ternyata koperasi sempat timbul tenggelam berpacu dengan prinsip ekonomi kapitalis yang melesat lebih cepat.

Kini, tak ada satu pun koperasi yang didirikan semasa si Bung mengecap hidupnya di Bukittinggi masih bertahan. Sebagai gantinya, sebanyak 101 koperasi kini tumbuh berkembang di kota yang terletak di kaki Gunung Singgalang dan Marapi tersebut.

Koperasi-koperasi tua memang sudah mulai meredup di Bukittinggi. Namun, selepas krisis moneter tahun 1997-1998 lalu, ketika perbankan nasional goyang akibat hantaman krisis keuangan Asia, masyarakat melihat sendiri bagaimana sistem ekonomi kerakyatan bisa bertahan.

Ada satu kesamaan latar belakang dalam mendirikan koperasi, baik saat ini maupun di masa kolonialisme seabad silam. Pada 1896, seorang Pamong Praja Patih R Aria Wiria Atmaja di Purwokerto, Jawa Tengah, mendirikan sebuah lembaga keuangan yang menyerupai koperasi. Prinsipnya sama, dari anggota untuk anggota. Pendirian sebuah lembaga keuangan nonbank ini dilatari merebaknya ketakutan atas rentenir yang merasuk ke desa-desa di Jawa saat itu.

Alasan yang sama juga terjadi di Bukittinggi. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Bukittinggi Epi Idris menyebutkan, munculnya puluhan koperasi di medio 1990-an hingga 2010-an didorong oleh keengganan para pedagang untuk berhubungan lagi dengan para lintah darat.

Para pedagang di Pasar Atas, Bukittinggi, misalnya, lanjut Epi, merasa kapok meminjam uang dari rentenir. Para pedagang bahkan mengibaratkan meminjam uang dari rentenir sama saja mempersulit diri sendiri. "Pinjam empat, harus kembalikan enam," ujar Epi meniru perkataan para pedagang, saat diwawancara Republika.co.id, awal Agustus lalu.

Koperasi yang sempat melambat pertumbuhannya kini kembali menggeliat. Pemerintah Kota Bukittinggi mencatat, paling tidak ada 101 koperasi di kota kelahiran Bung Hatta ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement