Ahad 11 Mar 2018 14:37 WIB

Supersemar Vs Raja Dangdut Rhoma Irama

Rhoma Irama yang bergabung dengan PPP jadi batu sandungan Golkar memenangkan Pemilu

Red: Karta Raharja Ucu
 Pedangdut Rhoma Irama memberikan tanda kemenangan
Pedangdut Rhoma Irama memberikan tanda kemenangan "victory" usai jumpa pers rencana pencalonan dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia pada Pemilu 2014 di Jakarta, Sabtu (11/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fitriyan Zamzami, wartawan Republika

Panggung di depan Pondok Pesantren Alquran Buaran, sudah rapi berdiri pada Senin, 24 Maret 1997. Panji-panji kuning mulai dikibarkan di salah satu titik kumpul di Kota Pekalongan, Jawa Tengah tersebut. Rencananya, panggung dan lapangan tersebut akan jadi lokasi perayaan haul Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang terbit pada 1966. Surat perintah Presiden Sukarno pada Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto yang jamak jadi penanda dimulainya rezim Orde Baru.

Sekira pukul 13.15 WIB, jauh sebelum acara dimulai dua hari mendatang, ratusan orang datang ke lokasi. Sebagian membawa batu dan bom molotov. Tenda-tenda lalu dirobohkan dan dibakar, api segera merambat ke bendera-bendera di sekitarnya. Karena tiupan angin yang kencang, api segera menjilat ruangan panggung utama yang terbuat dari kayu dan kain terpal. Kepulan asap berwarna hitam membumbung tinggi ke angkasa. Massa kemudian bergerak menghancurkan dan merusak semua fasilitas yang akan dipakai pengajian.

Aparat keamanan tak segera melansir alasan pembakaran tersebut. Acara yang intinya berupa pengajian itu tetap bakal dilaksanakan pada Rabu, 26 Maret 1997. Tak ayal, aksi massa kembali meledak keesokan harinya. Ribuan massa mengamuk dan merusak toko, kantor, dan fasilitas umum lainnya.