Selasa 11 Jun 2024 15:52 WIB

Edukasi KBGO di Dusun Puton, HIMAPSTRA UGM Hadirkan Komisioner KPAI

Tema kasus yang diberikan antara lain inses, pengasuhan, KDRT, dan perkawinan anak.

Himpunan Mahasiswa Magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (HIMAPSTRA) berkolaborasi dengan Karang Taruna Bhakti Remaja Trimulyo (KTBR) kembali mengadakan Edukasi kekerasan berbasis gender online (KBGO) di Dusun Puton, Kelurahan Trimulyo dengan menyasar kelompok orang tua. Kegiatan yang menghadirkan Komisioner KPAI Diyah Puspitarini ini dihadiri oleh peserta sebanyak 11 orang yang terdiri dari ibu-ibu.
Foto: dokpri
Himpunan Mahasiswa Magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (HIMAPSTRA) berkolaborasi dengan Karang Taruna Bhakti Remaja Trimulyo (KTBR) kembali mengadakan Edukasi kekerasan berbasis gender online (KBGO) di Dusun Puton, Kelurahan Trimulyo dengan menyasar kelompok orang tua. Kegiatan yang menghadirkan Komisioner KPAI Diyah Puspitarini ini dihadiri oleh peserta sebanyak 11 orang yang terdiri dari ibu-ibu.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL-- Himpunan Mahasiswa Magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (HIMAPSTRA) berkolaborasi dengan Karang Taruna Bhakti Remaja Trimulyo (KTBR) kembali mengadakan Edukasi kekerasan berbasis gender online (KBGO) di Dusun Puton, Kelurahan Trimulyo dengan menyasar kelompok orang tua. Kegiatan dihadiri oleh peserta sebanyak 11 orang yang terdiri dari ibu-ibu.

Komisioner KPAI, Diyah Puspitarini memberikan edukasi dengan melakukan dialog dan diskusi kelompok. Para peserta diminta untuk memahami makna kekerasan dan lebih khusus kekerasan berbasis gender daring dengan bahasa yang mudah dipahami sehari-hari.

Dalam sesi ini, ibu-ibu, anggota Karang Taruna, dan mahasiswa dibagi untuk melakukan diskusi kelompk dalam membedah kasus-kasus yang diberikan oleh Diyah. Tema kasus yang diberikan antara lain tema inses, pengasuhan, KDRT, dan perkawinan anak.

Dialog berlangsung sangat interaktif. Jawaban dari para peserta cukup mengesankan. Pasalnya ada sebagian ibu-ibu puton yang telah memiliki pandangan dan pengetahuan bahwa pendidikan seksual pada anak sangat penting.

Diyah sangat mengapresiasi jawaban yang diberikan oleh masing-masing kelompok. “Yang jelas semuanya bagus, yang saya cermati dan garis bawahi, ibu-ibu, mas-mas dan mbak-mbak, berbicara secara gamblang sangat saya apresiasi. Karena seringkali ketika ada korban, kita tidak berani ngomong, yang kedua kadang kita menjadi tetangga bersikap ah ngapain sih ngurusi keluarga lainnya. Karena ketika kita diam justru menjadi masalah. Diam bukanlah emas, dan kita harus berprinsip berani berbicara," kata Diyah.

Pada sesi reflektif, beberapa ibu-ibu mengungkapkan bahwa ia ingin mengajak pasangannya mengenai pendidikan seksual. "Saya penginnya cerita kepada pasangan saya, kan suami saya modelnya lebih ke ah nanti kalau gede kan akan tau sendiri. Nah saya ingin membicarakan pendidikan seksual, biar suami lebih respek pada pendidikan seksual untuk anak, biar suami tau dan mau mengajari pendidikan seksual. Sekarang juga banyak banget kasus anak-anak kecil disodomi, takutnya kayak gitu, soalnya anak-anak saya masih kecil-kecil laki-laki semua," katanya.

Hingga acara selesai, ibu-ibu merespons dengan sangat baik dan meminta untuk mengadakan kegiatan tersebut kepada beberapa lapisan terutama untuk anak-anak muda di Dusun Puton. Ibu-ibu mengusulkan untuk memberikan edukasi pada saat perayaan hari kemerdekaan.

"Saya berharap kegiatan ini akan segera dilakukan kembali, khususnya dilakukan kepada pemuda atau anak-anak dan beberapa lapisan masyarakat lainnya agar mengerti betapa pentingnya pendidikan seksual. Bisa itu, pada saat Agustusan nanti di sela-sela pas tirakatan diisi dengan kegiatan semacam ini jadi diterima secara kesuluruhan oleh masyarakat,” ungkap salah seorang ibu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement