Rabu 12 Jun 2024 15:10 WIB

Morgan Stanley Turunkan Peringkat Saham Indonesia, Ragu dengan APBN di Era Prabowo?

Menkeu mengingatkan pengelolaan APBN harus dijaga kesehatannya.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Karyawan memfoto layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan memfoto layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank investasi dari Amerika Serikat (AS) Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight. Salah satu yang disorot oleh Morgan Stanley adalah risiko kebijakan fiskal Indonesia yang akan dijalankan oleh presiden selanjutnya, Prabowo Subianto.

Berikutnya, penguatan dolar AS menimbulkan risiko terhadap investasi saham. Ini berdasarkan tulisan para ahli strategi di Morgan Stanley.

Baca Juga

"Kami melihat ketidakpastikan jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan, serta beberapa kelemahan di pasar valuta asing, di tengah tingginya suku bunga AS dan prospek dolar AS yang kuat," tulis ahli strategi termasuk Daniel Blake dalam catatan tanggal 10 Juni, dilansir dari Bloomberg, Rabu (12/6/2024).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) perlu dilakukan dengan menjaga kesehatannya.

Menurutnya, pengelolaan anggaran program dalam APBN tidak bisa hanya mempertimbangkan jangka pendek, tetapi perlu mencari keseimbangan berbagai program yang urgent dan penting hingga jangka panjang.

“APBN itu harus dijaga dari sisi kesehatannya dalam jangka menengah-panjang, supaya dia tetap menjadi instrumen yang bisa menjawab masalah pembangunan,” kata Sri Mulyani saat Rapat Kerja bersama Komite IV DPD RI di Jakarta, Selasa (12/6/2024).

photo
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berbicara saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI. - (Republika/Prayogi)

Pernyataannya tersebut merespons pertanyaan anggota DPD RI mengenai kemungkinan ada penyesuaian anggaran melalui APBN-Perubahan (APBN-P) yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Sri Mulyani mengatakan mekanisme APBN-P tidak diatur dalam undang-undang (UU) sehingga menjadi diskresi dan kewenangan pemerintahan baru.

Meski begitu, dia memastikan hingga sejauh ini pembahasan mengenai APBN 2025 turut berkoordinasi dengan tim yang diusulkan oleh Prabowo.

“Kami mencoba memahami dan mendesain dengan berbagai program dan janji pemerintahan mendatang, namun juga menjaga kesehatannya. Karena di sisi lain, jangan sampai untuk mengakomodasi begitu banyak persoalan, APBN dipaksa melakukan di luar kemampuannya, sehingga APBN menjadi jebol sendiri,” tutur Menkeu.

Dia mencontohkan Argentina yang beberapa kali mengalami krisis karena APBN yang tidak berkelanjutan, yang pada akhirnya membuat negaranya mengalami kemunduran dalam 100 tahun terakhir.

“Ini artinya, perlu alat yang kapasitasnya mampu menyelesaikan berbagai tantangan pembangunan. Tentu semuanya urgen, tapi tetap harus ada keseimbangan dengan disiplin. Ini yang akan kami coba untuk terus berkoordinasi. Karena APBN ditetapkan melalui proses politik, maka kami juga harus melalui proses politik yang sesuai,” tutup Sri Mulyani.

Morgan Stanley menurunkan peringkat ekuitas Indonesia menjadi underweight, dalam alokasi di pasar Asia dan negara berkembang. Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi ketika dolar mulai menunjukkan tren lebih tinggi menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada Rabu (12/6/2024) dan keputusan Bank Indonesia pekan depan. Dalam catatan bi.go.id pada 12 Juni 2024, nilai tukar rupiah per dolar AS, berada di angka Rp 16.376,48.

Berbagai situasi memengaruhi apa yang terjadi. Itu termasuk janji kampanye Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang bakal menyediakan makan siang dan susu gratis. Hal ini dapat menimbulkan beban fiskal yang besar, sementara prospek pendapatan Indonesia juga memburuk.

Keadaan demikian masuk dalam catatan Morgan Stanley tersebut. Rekomendasi underweight artinya saham diduga akan mengalami penurunan harga dibandingkan saham lainnya di sektor yang sama

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement