REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan kembali menggelar safari wukuf bagi jamaah haji lanjut usia (lansia) non mandiri. Sebanyak 300 jamaah haji lansia dan disabilitas non mandiri secara bertahap dipindahkan dari pemondokan di sektor menuju hotel transit di wilayah Aziziyah.
Safari wukuf jamaah lansia dan disabilitas non mandiri tahun ini merupakan kali kedua. Pada 2023, ada 129 jamaah lansia dan disabilitas non mandiri yang mengikuti safari wukuf. Saat itu, ada lebih dari 9.000 yang didaftarkan, namun kuota yang tersedia hanya 129 orang. Tahun ini, kuota ditambah hingga 300 jamaah. Proses pelayanan safari wukuf lansia dan disabilitas non mandiri berlangsung dari 12 - 19 Juni 2024.
“Sebagai persiapan, kami secara bertahap memindahkan jamaah haji lansia dan disabilitas non mandiri yang akan mengikuti safari wukuf ke hotel transit. Hotel dipilih berlokasi di wilayah Aziziyah, agar dekat dengan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Makkah,” kata Kepala Bidang Layanan Jamaah Lansia dan Disabilitas, Slamet Sodali di Makkah, Kamis (13/6/2024).
Slamet mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendataan. Ada sebanyak 300 jamaah lansia dari 11 sektor pemondokan yang akan dipindahkan ke hotel transit untuk persiapan mengikuti safari wukuf.
Menurut Slamet, 300 jamaah lansia dan disabilitas diikutkan dalam safari wukuf setelah proses seleksi berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan. Ada lima kriteria jamaah haji lansia dan disabilitas yang bisa mengikuti safari wukuf lansia non-mandiri.
Pertama, jamaah haji lansia dan disabilitas yang tidak mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, mandi dan mobilisasi. Kedua, jamaah haji lansia dan disabilitas yang tidak bisa berjalan atau menggunakan kursi roda karena sakit dan memerlukan perawatan lebih lanjut.
Ketiga, jamaah haji lansia dan disabilitas yang memiliki komorbid penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, stroke (sedang-berat). Keempat, jamaah haji lansia dan disabilitas yang pulang setelah mendapat perawatan dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan masih dalam kondisi lemah.
Kelima, jamaah haji lansia dan disabilitas sesuai dengan kriteria risiko tinggi yang ditentukan petugas kloter.“Proses pemindahan jamaah haji lansia dan disabilitas non mandiri ke hotel transit berlangsung dua hari, 12 sampai 13 Juni 2024,” kata Slamet.
Slamet menambahkan, pemindahan ke hotel transit sengaja dilakukan lebih awal agar tidak terburu-buru dan jamaah lebih nyaman. Fasilitas hotel pun dibuat senyaman mungkin seperti di rumah, konsepnya mirip apartemen.
Slamet mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah petugas untuk mendampingi jamaah selama di hotel transit. Mereka terdiri atas unsur Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP3JH), Pembimbing Ibadah (Bimbad), dan tusi layanan lansia dan disabilitas.
“Kita siapkan juga obat-obatan yang diperlukan, termasuk masker dan popok dewasa bagi lansia. Disiapkan juga kain ihram dan mukena untuk diberikan kepada jamaah yang membutuhkan,” ujar Slamet.