REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman sekarang masih ada orang yang meragukan kedatangan al-Mahdi, padahal Nabi Muhammad SAW telah menekankan kepastian kedatangannya kepada para sahabat dalam banyak hadits.
Dalam teks keagamaan disebutkan bahwa al-Mahdi adalah pemimpin masa depan bagi orang yang beriman, dan mereka hendaklah menyambut dan bersiap menyongsong kedatangannya. Al-Mahdi datang untuk membasmi kejahatan dan menebar perdamaian di seluruh dunia.
Di akhir zaman, penganut tiga agama samawi menantikan juru selamat mereka. Kaum Muslim menanti al-Mahdi dan Nabi Isa, kaum Nasrani menanti Isa, sementara kaum Yahudi menunggu juru selamat mereka. Al-Mahdi adalah seorang khalifah bagi semua orang Islam.
Dikutip dari buku Tafsir Ilmi: Kiamat dalam Perspektif Alquran dan Sains, dewasa ini ada sebagian orang menyerukan pembentukan kekhalifahan. Nabi Muhammad SAW sudah memperingatkan bahwa sebelum kedatangan al-Mahdi, akan ada 40 khalifah palsu. Kekhalifahan al-Mahdi adalah bukan gerakan politik ataupun modernisasi Islam tetapi beliau datang dari keturunan Nabi dan mendapat dukungan Allah SWT.
Mayoritas Ahlus-Sunnah berkata, al-Mahdi berasal dari keluarga Ahlul-Bayt, dari keturunan Hasan bin Ali. Ia keluar di akhir zaman ketika bumi telah dipenuhi kezaliman dan kejahatan, lalu ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan. Ia sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW, seorang khalifah yang mendapat petunjuk.
Al-Mahdi, sebagaimana laiaknya manusia lainnya, bukan Nabi, ia seorang hakim yang adil yang akan memenuhi bumi dengan keadilan seperti ketika bumi dipenuhi oleh kejahatan. Ia keluar saat umat sangat membutuhkannya, ia akan menghidupkan sunah, menghilangkan kejahatan dan membentangkan keadilan.
Dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW bersabda: Seandainya tidak tersisa di dunia kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkan hari itu sampai Ia mengutus pada hari itu seorang lelaki dari ahli baitku yang namanya sama dengan namaku dan namanya sama dengan nama ayahku.