REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL — Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Dingkikan, Argodadi, Sedayu, Kabupaten Bantul masih terus berjalan. Pemkab Bantul menyebut bahwa TPST ini dimungkinkan baru akan rampung sepenuhnya pada September 2024 nanti.
Meskipun begitu, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan, satu hanggar atau modul di TPST Dingkikan dimungkinkan sudah siap digunakan mulai Juli 2024. Satu hanggar tersebut diperkirakan dapat mengolah sampah hingga 20 ton per hari.
“Dari tiga hanggar atau modul yang ada di TPST Dingkikan, satu hanggar di sisi timur itu siap digunakan awal Juli besok. Satu modul ini per hari sanggup mengolah 20 ton sampah,” kata Halim, Sabtu (15/6/2024).
Halim menyebut, hal ini menjadi angin segar mengingat persoalan sampah merupakan prioritas yang harus segera diselesaikan. Berbagai upaya dan metode dilakukan agar persoalan sampah tak lagi membuat resah, terlebih dengan kebijakan desentralisasi sampai di DIY.
“Berbagai metode kami lakukan, membangun TPST Dingkikan ini salah satunya. Hasil olahan sampahnya nanti berupa RDF atau Refused Derived Fuel yang menjadi pengganti batu bara untuk bahan bakar pabrik semen di Cilacap. Program ini sudah ada kontrak kerja samanya dengan Cilacap,” ucap Halim.
Lain lagi dengan TPST Dingkikan yang berkonsentrasi menghasilkan RDF, sampah di TPST Niten sebagian besar diolah menjadi pupuk organik. Kemudian, untuk TPST di Bawuran, Pemkab Bantul juga tengah menggarap Intermediate Treatment Facility (ITF) yang bakal jadi tempat pengolahan sampah dengan skala besar.
“Untuk membangun semua ini tentu butuh waktu. Semoga semuanya selesai di tahun 2024 sehingga sampah-sampah yang ada dapat diolah dengan optimal,” jelasnya.
Selain itu, Halim juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk bijak terkait persoalan sampah ini. “Jangan buang sampah sembarangan. Biar bagaimanapun, sampah itu adalah tanggung jawab kita masing-masing sebagai individu yang memproduksi sampah,” ucap Halim.