REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang tidak hanya memerlukan kesehatan fisik, tetapi juga psikis atau spiritual. Sering kali, kondisi jiwa yang tertekan akan menjauhkan seseorang dari kebahagiaan walaupun ia memiliki tubuh yang bugar. Sebaliknya, seorang yang mengidap sakit mungkin saja bertahan selama dirinya merasakan ketenteraman batin.
Apabila diandaikan, jiwa manusia laksana air dalam bejana. Apa saja yang masuk ke dalam air bersih akan dengan mudah terlihat dan dikenali. Sebaliknya, benda yang masuk ke dalam air kotor akan sukar terdeteksi. Seseorang akan memiliki jiwa yang pekat jika ia terus menerus melakukan maksiat. Cahaya hidayah Allah akan sulit menembusnya.
Berikut ini tiga jalan sufistik untuk mencapai kesucian jiwa.
Takhalli
Dalam dunia tasawuf, ada tiga metode untuk seorang Muslim bisa merasakan ketenteraman batin, yakni takhalli, tahalli, dan tajalli. Yang pertama itu berarti membersihkan atau mengosongkan jiwa. Bila dihubungkan dengan pengibaratan di atas, noda-noda dalam bejana air harus dibuang terlebih dahulu. Kalau air itu sudah terlanjut keruh sekali, buang seluruhnya. Isilah kembali bejana dengan air yang murni.
Tiap jiwa manusia diilhami dua kecenderungan, yakni ketakwaan dan kejahatan. “Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu” (QS asy-Syams: 7-9). Bila condong pada kefasikan, jiwanya telah mengandung banyak kotoran, semisal terlampau cinta dunia (hubbud dunya), panjang angan-angan (thulu al-amal), dan lain-lain.
Tahalli
Metode kedua ialah tahalli. Maksudnya, memperindah jiwa. Sering kali, manusia terlalu sibuk memperbaiki aspek-aspek fisik dari penampilannya. Ia pun melupakan perlunya memperbaiki jiwa.
Bila diartikan secara empiris saja, tahalli semakna dengan bersolek di depan cermin. Orang yang melakukannya ingin tampil maksimal. Wajahnya dirawat hingga mulus. Rambutnya ditata rapi dan berkilau.
Tidak ada yang salah dari keindahan penampilan. Akan tetapi, jangan sampai melalaikan diri dari tugas utama manusia, yakni menyembah Allah SWT. Seseorang yang sudah ber-tahalli tidak akan membiarkan jiwanya lepas dari dzikrullah. Nabi SAW bersabda, “Sungguh, Allah tidak melihat pada bentuk dan harta kalian, tetapi pada hati dan amal kalian.”
Tajalli
Akhirnya, sampailah pada fase “tertinggi”, yakni tajalli. Dalam terminologi sufi, konsep itu berarti menautkan hati dan pikiran kepada Allah Ta’ala saja. Seorang hamba yang mencapai tahap ini berupaya agar jiwanya suci dari hal-hal yang menjauhkannya dari Allah. Dalam pandangan (mata) batinnya, hanya Allah sumber dan tujuan segala-galanya. Semua keindahan bermuara kepada-Nya. Semua kemuliaan adalah milik-Nya. Semua kasih sayang adalah karunia-Nya. Tidak ada satu pun yang lepas dari kekuasaan-Nya. Hanya kepada-Nya, seorang insan menggantungkan rindu, takut, dan harapan.