Selasa 18 Jun 2024 11:07 WIB

Ibadah ini tak Dianjurkan Dilakukan pada Hari Tasyrik, ini Dalilnya

Selama hari Tasyrik, umat Islam bersuka cita menikmati santapan lezat dan kebersamaan

Ilustrasi membagikan daging kurban pada hari tasyrik.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Ilustrasi membagikan daging kurban pada hari tasyrik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nabi Muhammad tidak menganjurkan Muslim melaksanakan ibadah satu ini sepanjang hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah atau selama tiga hari setelah Idul Adha. Namun sepanjang hari tersebut, umat Islam dianjurkan memperbanyak amal kebaikan.

Hal tersebut dimaksudkan agar seluruh umat Islam berbahagia dengan menikmati santapan dan kebersamaan sepanjang hari Idul Adha. Mereka dianjurkan untuk menikmati makan dan minum yang tersedia sehingga semakin menguatkan ukhuwah dan persatuan.

Baca Juga

Ibadah yang tidak dianjurkan untuk dilakukan sepanjang hari tasyrik adalah puasa. Ini merupakan ibadah yang ‘sangat rahasia’, karena dalam sebuah hadits qudsi, Allah menyebutkan, ibadah ini adalah langsung untuk Allah dan pahalanya diberikan langsung oleh Allah sesuka-Nya (fa innahu lii wa ana ajzi bihi).

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad mengatakan begini:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ

“Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859)

Pada kesempatan lain hari Tasyrik juga disebut juga dengan hari untuk makan dan minum. Rasulullah bersabda:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR. An-Nasa’i, no. 2954)

Arti Tasyrik

Kata ini berasal dari sya ra qa dengan tasydid di huruf kedua. Kemudian menjadi mashdar tasyriq. Artinya memanfaatkan matahari. Hal ini merujuk kepada tradisi Muslim zaman dahulu dan orang-orang pada umumnya yang memanfaatkan cahaya matahari untuk mengeringkan daging. Dengan begitu daging menjadi awet dan menjadi persediaan makanan dalam waktu lama.

Daging sapi, domba, dan kambing, merupakan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat pada waktu itu. Boleh dibilang, ini merupakan makanan ‘mewah’ karena banyak dikonsumsi masyarakat.

Makna lain tasyrik merujuk kepada tiga hari setelah Idul Adha. Ini merupakan hari yang harus dimanfaatkan untuk berkumpul bersama handai tolan untuk menikmati santapan lezat. Dengan begitu kebersamaan dan kekeluargaan semakin kuat.

Namun pada 3 hari tersebut, berdasarkan hadits di atas, ada orang yang terpaksa berpuasa, yaitu jamaah haji yang tidak dapat daging kurban. Mereka mungkin tidak dapat menikmati tasyrik dan berbagai hidangan daging serba lezat karena harus menyelesaikan rukun Islam kelima.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement