REPUBLIKA.CO.ID, DORTMUND -- Spanyol dan Italia bertemu pada Jumat (21/6/2024) dini hari WIB dalam pertandingan kedua Grup B Euro 2024 yang sangat ditunggu-tunggu antara pemenang tiga dari empat Piala Eropa terakhir.
Kedua tim telah menunjukkan gaya sepak bola yang berbeda di Jerman dari yang biasanya disuguhkan kepada para penggemar sebelumnya.
Spanyol mengalahkan Kroasia 3-0 dalam pertandingan pembuka mereka akhir pekan lalu dengan memainkan pendekatan yang lebih cepat dan lebih langsung. La Roja tak lagi menggunakan gaya "tiki-taka" berbasis penguasaan bola yang sabar, menanti lawan membuat kelelahan dan lengah sebelum melancarkan serangan mematikan. Gaya yang membuat Spanyol menjadi juara Eropa pada 2008 dan 2012, serta juara Piala Dunia 2010.
Dengan generasi emas mereka yang terdiri dari para pengumpan andal seperti Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Xabi Alonso yang telah lama pergi, Spanyol telah bertransisi ke pendekatan yang lebih fleksibel di bawah pelatih baru, Luis de la Fuente. Pendekatan ini lebih sesuai dengan tim muda dan serbaguna yang dimilikinya.
Menghadapi Kroasia yang telah menua, Spanyol menerapkan tekanan tinggi tanpa henti yang dikombinasikan dengan transisi cepat yang membuat lawan mereka tampak kepayahan.
"Kami mengubah tim nasional menjadi sebuah tim yang memiliki banyak wajah," ujar De la Fuente dalam konferensi pers pada Sabtu.
"Negara-negara lain tidak lagi mengetahui serangan seperti apa yang akan kami terapkan dan ini adalah alasan untuk merasa sangat senang karena ini dapat mengembalikan Spanyol ke level yang diharapkan dari kami."
Dengan keraguan seputar status gelandang Rodri dan kapten Alvaro Morata setelah mereka mengalami cedera saat melawan Kroasia, De la Fuente, 62 tahun, telah menyimpan kartu-kartu untuk pertandingan Jumat nanti. Ia menutup latihan Spanyol untuk media selama dua hari berturut-turut.
Juara bertahan Italia, yang dikalahkan 4-0 oleh Spanyol di final 2012, tidak melihat ada gunanya mencoba menyembunyikan niat mereka.
Ditugaskan untuk mengembalikan kepercayaan diri para penggemar yang terpukul oleh kegagalan mereka lolos ke dua Piala Dunia terakhir, pelatih Luciano Spalletti telah menunjukkan jejaknya di tim ini sejak mengambil alih posisi pelatih tahun lalu setelah memenangkan gelar Serie A bersama Napoli.
Menjauhi sistem Catenaccio yang merupakan sistem tradisional Italia yang mengutamakan pertahanan, Spalletti telah menerapkan pendekatan yang lebih menyerang. Pendekatan ini yang digunakan Gli Azzuri dengan baik saat mengalahkan Albania 2-1 pada pertandingan pembuka.
Di bawah asuhan Spalletti, Italia berusaha untuk mengontrol penguasaan bola dan mendominasi area kecil di lapangan dengan tekanan yang kuat, yang memungkinkan Nicolo Barella dan Lorenzo Pellegrini untuk memberikan umpan kepada penyerang Davide Frattesi dan Federico Chiesa di sisi sayap.
Jika hasil akhir duel ini bakal ditentukan oleh gaya baru permainan kedua tim, maka pertarungan di Gelsenkirchen akan berlangsung sengit.