Rabu 16 Jul 2025 08:11 WIB

Suriah Tuding Israel Berkhianat Terkait Serangan ke Sweida

Normalisasi hubungan Israel Suriah terancam gagal.

Konvoi pasukan pemerintah menuju kota Sweida di mana bentrokan meletus antara pasukan pemerintah dan milisi Druze saat melewati desa Mazraa di Suriah selatan, Selasa, 15 Juli 2025.
Foto: AP Photo/Omar Sanadiki
Konvoi pasukan pemerintah menuju kota Sweida di mana bentrokan meletus antara pasukan pemerintah dan milisi Druze saat melewati desa Mazraa di Suriah selatan, Selasa, 15 Juli 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Suriah pada Selasa mengutuk serangan udara Israel di provinsi selatan Sweida, yang menargetkan pasukan pemerintah. Serangan ini ketika militer Suriah memasuki wilayah di mana bentrokan sektarian berdarah dengan milisi Druze lokal telah berkecamuk dalam beberapa hari terakhir.

“Republik Arab Suriah mengutuk dengan sangat keras agresi penuh pengkhianatan Israel yang dilakukan hari ini melalui serangan pesawat tak berawak yang terkoordinasi dan serangan udara militer,” kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Pernyataan tersebut mengatakan bahwa “sejumlah angkatan bersenjata dan personil keamanan kami” serta “beberapa warga sipil tak berdosa” terbunuh.

Damaskus “menganggap Israel bertanggung jawab penuh atas agresi ini dan konsekuensinya,” tambah pernyataan itu, seraya menekankan “hak sah Suriah untuk mempertahankan tanah dan rakyatnya dengan segala cara yang diizinkan oleh hukum internasional.”

Sementara itu, seorang pejabat Amerika mengatakan kepada situs berita Axios bahwa atas permintaan AS, Israel setuju untuk menghentikan serangan pada Selasa malam. Diketahui bahwa Washington tengah berupaya mewujudkan normalisasi hubungan Suriah dan Israel. 

Pejabat tersebut juga mengatakan bahwa Israel menyerang pasukan militer Suriah meskipun Damaskus telah memberitahu Israel sebelum mengirim pasukan ke Suriah selatan. Pihak Suriah bersikeras bahwa langkah tersebut tidak ditujukan kepada Israel, melainkan untuk memecah bentrokan antara milisi Druze dan geng Badui.

photo
Tentara pemerintah Suriah melewati tank yang terbakar di pinggiran kota Sweida, di Suriah selatan, Senin, 14 Juli 2025. - ( AP Photo/Omar Sanadiki)

The Times of Israel melansir pada Selasa, Israel melakukan kampanye pengeboman besar-besaran terhadap pasukan pemerintah Suriah ketika mereka bergerak ke Sweida yang mayoritas penduduknya adalah suku Druze. Tindakan itu diklaim  Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz dimaksudkan untuk melindungi “suku Druze di Suriah karena persekutuan persaudaraan yang mendalam dengan warga Druze di Israel.”

Mereka mengatakan bahwa masuknya tentara dan senjata Suriah ke daerah itu melanggar “kebijakan demiliterisasi yang telah diputuskan, yang melarang masuknya pasukan dan senjata ke Suriah selatan yang membahayakan Israel.”

IDF mengatakan bahwa pihaknya menyerang “beberapa kendaraan lapis baja, termasuk tank, pengangkut personel lapis baja, beberapa peluncur roket, serta rute akses, untuk mengganggu kedatangan mereka di daerah tersebut,” setelah mengidentifikasi kolom lapis baja yang bergerak ke arah Sweida pada Senin malam.

Serangan tersebut menandai serangan langsung yang jarang terjadi terhadap pasukan yang setia kepada kepemimpinan baru di Damaskus yang dipandang Yerusalem sebagai sekutu potensial.

 

Menurut Channel 12, Israel telah memperingatkan Presiden Suriah sementara Ahmed al-Sharaa untuk tidak menyakiti penduduk Druze menjelang serangan baru-baru ini terhadap target-target rezim.

Beberapa komunikasi telah disampaikan kepada Damaskus sebelumnya melalui saluran diplomatik, termasuk Amerika dan Prancis, kata laporan itu.

“Jika rezim Suriah akan menyakiti kaum Druze, mereka tidak akan memberi kita pilihan selain melakukan intervensi,” Menteri Luar Negeri Gideon Sa'ar mengatakan kepada mitranya dari Prancis, Jean-Noel Barrot, melalui telepon pada hari Senin, kata laporan itu.

Seorang pejabat senior Israel yang dikutip oleh Channel 12 mengatakan bahwa kejadian-kejadian baru-baru ini mencerminkan ketidakstabilan yang semakin meningkat di Suriah, menimbulkan keraguan akan kemampuan rezim untuk memerintah secara efektif. Jika situasi tidak membaik, Israel sekarang melihat kecilnya peluang untuk melakukan terobosan dalam pembicaraan dengan pemerintah baru di Damaskus, kata pejabat tersebut.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement