Rabu 19 Jun 2024 06:00 WIB

Dampak Skema Murur saat Puncak Haji

Skema murur mempercepat pergerakan jamaah saat puncak haji.

Skema Murur Haji
Foto: Republika
Skema Murur Haji

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhyiddin dari Makkah, Arab Saudi

Sebagian jamaah haji Indonesia telah menunaikan rangkaian ibadah puncak haji mulai dari Arafah, Muzdalifah, hingga ke Mina. Saat berangkat dari Afarah, tahun ini sebagian jamaah mengikuti skema murur yang diterapkan pemerintah Indonesia, khususnya bagi jamaah lansia, risiko tinggi, dan jamaah disabilitas. 

Baca Juga

Mustasyar Diny atau Penasihat Agama PPIH Arab Saudi, Prof Noor Ahmad menilai, skema murur yang diterapkan pemerintah di Muzdalifah memperlancar pergerakan jamaah dari Arafah ke Mina. Ada 55 kuota jamaah yang mengikuti skema murur, yakni mabit (bermalam) di Muzdalifah dengan cara melintas di atas bus. 

"Skema murur untuk di Muzdalifah memperlancar proses ke Mina bahkan dibuat jalur khusus bagi yang mau ifadhah dulu, sehingga tidak terjadi penumpukan seperti tahun lalu," ujar Prof Noor di Makkah, Selasa (18/6/2024) Waktu Arab Saudi (WAS).

"Puncak Armuzna tahun ini sukses lancar dan jamaah puas," kata dia.

Menurut dia, sejak wukuf di Arafah jamaah haji Indonesia juga telah mendapatkan pelayanan yang bagus dari petugas haji. Jamaah juga mendiami tenda dan kapasitas yang representatif dengan pendingin yang cukup. 

"Toilet di Arafah juga ditambah dan dibuat semi permanen," ucap Prof Noor. 

Selanjutnya, menurut dia, pendorongan jamaah dari Muzdalifah dan Mina juga berjalan dengan lancar. Menurut dia, tenda dan toilet di Mina juga ada perbaikan meskipun masih terasa sempit. 

"Tapi kami memahami karena space Mina sangat terbatas," jelas Prof Noor. 

Sebenarnya, lanjut dia, Kemeterian Agama sudah mengimbau agar jamaah yang masih kuat dan hotelnya dekat jamarat bisa tanazul ke hotelnya masing-masing. Sedangkan tenda-tendanya bisa ditempati jamaah yang udzur. Namun, masih banyak jamaah yang mabit di tenda Mina. 

"Ke depan, Mina kalau memang masih mempertahankan tenda bisa dibangun tenda-tenda susun dengan menggunakan rancangan baja. Tapi bisa juga menggunakan bangunan bertingkat seperti yang sekarang digunakan untuk jamaah haji khusus," kata Prof Noor.

Dia menilai pelaksanaan mabit di Mina dan lempar jumrah juga tidak tejadi kepadatan berarti. Menurut dia, penyebaran informasi penting ke jamaah dan pelayanan para petugas juga bagus.

"Maka pantauan kami dan hasil wawancara kami dengan beberapa jamaah mereka cukup puas," jelas Prof Noor.

Pada Selasa (18/6/2024) hari ini, sebagian jamaah haji Indonesia yang mengambil Nafar Awal telah bergeser dari Mina menuju hotelnya masing-masing dan sebagian akan melaksanakan thawaf ifadhah di Masjidil Haram. Sementara, jamaah yang mengambil Nafar Tsani masih akan melontar jumlah satu kali lagi di Jamarat pada Rabu (19/6/2024) besok atau 13 Dzulhijjah 1445 H. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement