REPUBLIKA.CO.ID, “Ini bukan fine dining,” kata Dimas Ramadhan Pangestu, Kamis (30/5/2024) siang. Ia berdiri di sudut ruangan, lampu temaram, siluet cahaya memantulkan warna keemasan di tengah warna hitam. Di dalam ‘gua’ yang ia jadikan restoran daging bakar itu,
Dimas menambahkan, “Tapi ini experience dining! Ada interaksi dan ada edukasi tentang daging-daging yang kita kurasi. Kita ngobrol santai, layaknya teman dengan para tamu.”
Di Kamis siang itu, Dimas membuka restoran yang tematik seperti gua tambang emas itu untuk para jurnalis. Restorannya berada di tengah kota, di pusat bisnis, Sudirman Central Business District, bertetangga dengan restoran-restoran mentereng lainnya.
Dari luar, tidak terlihat apapun yang ‘agak laen’ dengan restoran ini. Namun saat pintu MeatGuy Steakhouse II dibuka, kita akan disuguhkan pemandangan yang kontras. Lorong dengan cahaya suram, dengan dinding batu dingin, embusan hawa sejuk.
Berbelok ke kanan, di ujung lorong ada pemandangan kontras: sebuah kulkas kecil, pintunya ditempel sticker, dan sebuah kertas pengumuman: JANGAN DIBUKA! Sampai Dengan > 25 Mei 2020 (Day 353.
“Kok kulkas?” Begitu mungkin pikir para tamu yang datang.
“Kenapa di situ?” Kru Meatguy dengan sigap menjelaskan bahwa mesin pendingin itu punya nilai historis.
Itulah kulkas Dimas di awal dia bereksperimen dengan daging-dagingnya. Seperti yang tertulis di kertas itu, ada daging yang sedang dalam proses ‘pembusukan’ oleh bakteri. Namun tentu bukan busuk laiknya makanan normal. Tapi daging itu dikontrol terutama suhu dan kelembaban penyimpanannya, agar menghasilkan daging yang super duper lembut teksturnya.
Di Meatguy Steakhouse II, Dims the Meat Guy serta timnya menghadirkan perpaduan unik cita rasa khas Meatguy yang terinspirasi oleh kuliner khas Indonesia dengan nuansa modern ala steakhouse New York. Tidak hanya memperkenalkan cita rasa klasik, tetapi dengan hadirnya Meatguy Steakhouse II, terdapat berbagai kreasi hidangan yang turut menggabungkan elemen global untuk memberikan pengalaman bersantap yang tak terlupakan.
Di cabang kedua ini, yang pertama dibuka di Bintaro, yang menurut warga Jakarta jauh, Meatguy Steakhouse konsisten mempertahankan kualitas bahan makanan yang disajikannya. Terlebih, Meatguy hanya menggunakan daging sapi terbaik yang berasal dari peternakan boutique di Australia, serta telah dipastikan memiliki kualitas yang tinggi dipadukan dengan proses produksi yang terkurasi. Guna memastikan hal ini, Dims the Meat Guy, dengan hati-hati memilih serta meracik sendiri daging yang telah diperolehnya di Australia.
Kualitas daging terbaik yang menjadi prioritas utama Meatguy Steakhouse II kemudian diramu menjadi berbagai menu andalan. Steakhouse ini menawarkan beragam pilihan makanan dan minuman, mulai dari menu steak ikonik yang telah diperkenalkan sejak awal Meatguy Steakhouse di Bintaro, seperti The Hanging Tomahawk "Godfather", The Bone Collector, & 45 Days Dry Aged Wagyu Ribeye with Butter Tallow, hingga hidangan pembuka, hidangan utama (yang tersedia dalam dua menu yaitu The Land dan The Sea), pasta, serta hidangan penutup.
Lalu, bagaimana rasanya?...